TUGAS
MUSKULOSKELETAL
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT., atas limpahan dan rahmat karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
makalah “Konsep Asuhan Keperawatan
Gangguan Sistem Muskuloskeletal Fraktur ”.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas Mata Kuliah Sistem Muskuloskeletal. Karena makalah ini tidak mungkin dapat
diselesaikan tanpa bantuan dari pihak-pihak tertentu, maka dalam kesempatan ini
penulis mengucapkan terimakasih yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Agus Supinganto, Ners., M.Kes., selaku
Ketua STIKES YARSI Mataram.
2. Indah Wasliah, Ners., M.Kep.,
Sp.Anak., selaku Ka. Prodi S1 Keperawatan STIKES YARSI Mataram.
3. Bq. Nur’ainun Apriani Idris, Ners.,
selaku dosen pembimbing akademik.
4. Mawalda, Ners., selaku dosen Mata
Kuliah Sistem Muskuloskeletal.
5. Semua pihak yang ikut membantu dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis membuat makalah
ini dengan seringkas-ringkasnya dan bahasa yang jelas agar mudah dipahami.
Karena penulis menyadari keterbatasan
yang penulis miliki, penulis mengharapkan kritik dan saran dari para pembaca,
agar pembuatan makalah penulis yang berikutnya dapat menjadi lebih baik.
Akhir kata semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Mataram, 18 Desember 2015
Penulis
DAFTAR
ISI
HALAMAN JUDUL.............................................................................................. i
KATA PENGANTAR.......................................................................................... ii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1.
Latar Belakang.................................................................................... 1
1.2.
Rumusan Masalah............................................................................... 2
1.3.
Tujuan Penulisan................................................................................. 3
1.4.
Manfaat Penulisan.............................................................................. 3
1.5.
Ruang Lingkup................................................................................... 3
1.6.
Metode Penulisan............................................................................... 3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 4
2.1.
Anatomi Fisiologi........................................................................ ....... 4
2.2.
Definisi ....................................................................................... ....... 5
2.3.
Epidemiologi............................................................................... ....... 5
2.4.
Etiologi........................................................................................ ....... 5
2.5.
Klasifikasi........................................................................................... 7
2.6.
Patofisiologi........................................................................................ 9
2.7.
Manifestasi Klinis............................................................................. 10
2.8.
Diagnosis..................................................................................... ..... 11
2.9.
Penatalaksanaan ............................................................................... 12
2.10.
Komplikasi.................................................................................. ..... 13
BAB 3 KONSEP
DASAR ASUHAN KEPERAWATAN............................... 15
3.1.
Pengkajian......................................................................................... 15
3.2.
Diagnosa Keperawatan..................................................................... 17
3.3.
Intervensi..................................................................................... ..... 18
3.4.
Implementasi..................................................................................... 26
3.5.
Evaluasi....................................................................................... ..... 27
BAB 4 LAPORAN
KASUS ......................................................................... ..... 29
4.1. Pengkajian................................................................................... ..... 29
4.2. Diagnosa...................................................................................... ..... 33
4.3. Intervensi..................................................................................... ..... 33
4.4. Implementasi............................................................................... ..... 35
4.5. Evaluasi....................................................................................... ..... 37
BAB 5 PENUTUP............................................................................................... 38
5.1.
Simpulan...................................................................................... ..... 38
5.2.
Saran............................................................................................ ..... 38
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Fungsi utama ektrimitas inferior adalah untuk pergerakan.
Perubahan yang terjadi pada fungsi ektrimitas bawah dapat menyebabkan perubahan
kemampuan untuk berjalan dan berlari. Sendi panggul merupakan sendi yang berada
di proksimal dari tulang dan di bagian distal diteruskan dengan sendi
lutut. Bentuk anatomis tersebut yang memungkinkan ektrimitas inferior berperan
dalam penopang badan dan pergerakan.
Perubahan fungsi dari ekstrimitas bawah dapat disebabkan
oleh berbagai faktor seperti kelainan kongenital, infeksi, dan trauma. Trauma yang terjadi
dapat terjadi secara langsung maupaun tak langsung dan dapat mengakibatkan
terjadinya fraktur tulang. Tulang merupakan tulang terpanjang dalam tubuh
sehingga jika terjadi fraktur dapat mengenai bagian caput, colum, corpus, serta
bagain distal .
Pada usia tua fraktur seringkali terjadi pada bagian
proksimal , yaitu collum yang
sering disebabkan oleh trauma ringan namun tulang sudah mengalami kerapuhan.
Sedangkan pada usia muda fraktur seringkali terjadi pada bagain corpus akibat
kecelakaan lalu lintas. Insiden fraktur secara keseluruhan
adalah 11,3 dalam 1.000 per tahun. Insiden fraktur pada laki-laki adalah 11.67
dalam 1.000 per tahun, sedangkan pada perempuan 10,65 dalam 1.000 per tahun.
Prinsip
penanggulangan cedera muskuloskeletal adalah rekognisi (mengenali), reduksi
(mengembalikan), retaining (mempertahankan), dan rehabilitasi. Agar
penanganannya baik, perlu diketahui kerusakan apa saja yang terjadi, baik pada
jaringan lunaknya maupun tulangnya. Mekanisme trauma juga harus diketahui,
apakah akibat trauma tumpul atau tajam, langsung atau tak langsung.
Reduksi berarti mengembalikan jaringan atau fragmen ke posisi
semula (reposisi). Dengan kembali ke bentuk semula, diharapkan bagian yang
sakit dapat berfungsi kembali dengan maksimal. Retaining adalah tindakan
mempertahankan hasil reposisi dengan fiksasi (imobilisasi). Hal ini akan
menghilangkan spasme otot pada ekstremitas yang sakit sehingga terasa lebih
nyaman dan sembuh lebih cepat.
Dengan adanya kemajuan IPTEK mengakibatkan peningkatan
mobilitas masyarakat baik melaui darat, laut, udara sehingga semakin
mempermudah komunikasi antar masyarakat. Selain dampak positif tidak dapat
dipungkiri bahwa akan timbul pula berbagai dampak negatif, diantaranya adalah meningkatnya
resiko terjadinya kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja, dan trauma – trauma
lainnya. Salah satu kondisi yang cukup banyak terjadi akibat kecelakaan lalu
lintas adalah adanya fraktur pada tulang yang
dapat menimbulkan kekakuan pada sendi lutut.
Fraktur pada dapat diberikan beberapa penanganan
diantaranya yaitu Fisioterapi. Fisioterapi di artikan sebagai bentuk pelayanan
dan ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan pemeliharaan
dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur hidup kehidupan dengan menggunakan
penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutik
dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi (SK.MENKES RI
NO.1363/MENKES/SK/XII/001.Pasal 1 dan 2).
Jenis kasus yang dapat diintervensi oleh Fisioterapi
bermacam-macam, salah satunya adalah yang disebabkan karena trauma langsung
sehingga menyebabkan tulang mengalami fraktur, sehingga memungkinkan
korban harus mendapat perawatan dari tim medis yang professional dengan
berbagai teknologi kesehatan. Sehubungan dengan hal tersebut, Fisioterapi
mempunyai peran yang sangat penting untuk meminimalisir keluhan yang biasanya
diderita terutama setelah pasca imobilisasi, yaitu berupa kekakuan sendi,
nyeri, adanya keterbatasan gerak serta komplikasi lainnya yang memungkinkan
terjadi pada kondisi ini.
1.2. Rumusan Masalah
1.2.1.
Apa pengertian Fraktur ?
1.2.2.
Apa saja Etiologi Fraktur ?
1.2.3.
Apa Manifestasi Fraktur ?
1.2.4.
Apa Patofisiologi Fraktur ?
1.2.5.
Bagaimana Pathaway Fraktur ?
1.2.6.
Bagaimana Asuhan Keperawatan Fraktur ?
1.3. Tujuan.
1.3.1. Tujuan
Umum
Mahasiswa
mampu mengetahui dan memahami tentang Asuhan Keperawatan Fraktur .
1.3.2. Tujuan
Khusus
1.
Untuk memahami pengkajian Fraktur.
2.
Untuk memahami diagnosis Fraktur.
3.
Untuk memahami Intervensi Fraktur.
4.
Untuk memahami Implementasi Fraktur.
5.
Untuk memahami Evaluasi Fraktur.
1.4.
Manfaat
1.4.1. Bagi
Mahasiswa
Agar mahasiswa
dapat mengetahui Asuhan Keperawatan Fraktur .
1.4.2. Bagi
Pendidikan
Sebagai kerangka acuan dalam pembuatan makalah Asuhan
Keperawatan Fraktur .
1.5.
Ruang
Lingkup
Dalam penulisan makalah ini penulis membatasi masalah
Asuhan Keperawatan Fraktur .
1.6.
Metode
Penulisan
Metode
penulisan yang digunakan dalam penyusunan makalah adalah metode Deskrisif dan
teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik studi kepustakaan yang
mengambil materi dari berbagai sumber buku dan melalui media internet.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Anatomi
Merupakan tulang terpanjang dan terkuat dalam tubuh
manusia. Sifatnya termasuk tulang panjang (os longum), sehingga dapat dibedakan
menjadi epiphysis proximalis, diaphysis, dan epiphysis distalis. Adapun bagian-bagian yang terdapat
didalamnya adalah:
Epiphysis
Proximalis
|
Diaphysis
|
Epiphysis
Distalis
|
Caput femoris
|
Corpus femoris
|
Condylus medial
|
Collum femoris
|
Linea Aspera
|
Condylus lateral
|
Trochanter major
|
Tuberositas Gluteal
|
Fossa intercondyloid
|
Trochanter minor
|
|
|
Sulcus intertrochanteric
|
|
|
merupakan tulang
terpanjang dan terberat tubuh, meneruskan berat tubuh dari os. Coxae kepada
tibia sewaktu manusia berdiri.
Caput femoris menganjur ke arah
kraniomedial dan agak ke ventral sewaktu bersendi dengan acetabulum. Ujung
proximal terdiri dari sebuah caput femoris, collum
femoris, dan dua trochanter (trochanter major dan trochanter minor). Caput
femoris dan collum femoris membentuk sudut terhadap poros panjang corpus
femoris ; sudut ini bervariasi dengan umur dan jenis kelamin. Jika sudut ini
berkurang keadaannya dikenal sebagai coxa vara; jika sudut bertambah, keadaan
ini disebut coxa valga. Meski arsitektur demikian memungkinkan daya gerak pada
articulatio coxae yang lebih besar, keadaan ini juga melimpahkan beban yang
cukup besar pada collum femoris. Corpus femoris berbentuk lengkung, yakni
cembung kea rah anterior. Ujung distal berakhir menjadi dua condylus yaitu
epicondylus medialis dan epicondylus lateralis yang melengkung bagaikan ulir.
0 comments:
Post a Comment