Search This Blog

Powered by Blogger.

LAPORAN ABORTUS INKOMPLIT





ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN PATOLOGIS TRIMESTER II
PADA NY.”A” G2P1A0H1 DENGAN ABORTUS INKOMPLIT
DI PUSKESMAS KARANG TALIWANG
TANGGAL 19 MARET 2016




BAB 1
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu meninggal tiap tahun saat hamil atau bersalin. Artinya, setiap menit ada satu perempuan yang meninggal. Mortalitas dan morbiditas pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar di negara berkembang. Kematian wanita usia subur di negara miskin sekitar 25-50% disebabkan hal yang berkaitan dengan kehamilan. Kematian saat melahirkan biasanya menjadi faktor utama mortalitas wanita usia muda pada masa puncak produktivitasnya (Saifuddin, 2009).
Menurut Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007-2008 Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia adalah 249 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih tinggi dari target yang ditetapkan pada tahun 2009 sebesar 226 per 100.000 kelahiran hidup dan diharapkan pada tahun 2015 penurunan AKI menjadi 102 orang per 100.000 kelahiran hidup (Dikes NTB, 2009).
Tingginya AKI yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan, dan nifas ini bukan saja dipengaruhi oleh faktor kesehatan, tetapi juga oleh faktor-faktor di luar kesehatan. Penyebab kematian ibu digolongkan menjadi 2 yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Di NTB, penyebab kematian langsung adalah perdarahan (33,8%), eklampsi (18,8%), infeksi (4,13%), partus lama (2,48%), abortus (0,83%), dan faktor lain (40,50%) salah satunya kehamilan kembar. Sedangkan penyebab tidak langsung antara lain keadaan kesehatan ibu hamil yang buruk, anemia dan penyakit infeksi akut/kronis (malaria, TBC, hepatitis, infeksi saluran kemih, dll). Di samping itu ada faktor-faktor yang melatarbelakangi kematian ibu di antaranya : faktor perilaku masyarakat yang dipengaruhi oleh sosial budaya atau tradisi, ekonomi dan pendidikan (Dikes NTB, 2009).
Angka kematian ibu tahun 2012 terbanyak terjadi di Kabupaten Lombok Timur sebanyak 25 kasus dari 25.787 kelahiran hidup. Penyebab kematian karena perdarahan (36%), preeklamsi/eklampsi (24%), komplikasi abortus (12%) partus macet (12%), sepsis (8%), letak sungsang (4%) dan penyebab lainnya (4%) (Dinas Kesehatan NTB, 2013).
Selanjutnya dalam laporan obstetri dari Puskesmas Karang Taliwang disebutkan angka kejadian abortus di puskesmas Karang Taliwang pada periode Januari 2015 – Desember 2015 terdapat 20 kasus diantaranya Abortus (20%) infeksi nifas biasanya terjadi pada kasus HPP (10%), Febris (5%), sedangkan kasus lainnya seperti PEB (12%), Kala II lama (34%), KPD (15%) (Register Puskesmas Karang Taliwang).
Dengan alasan-alasan tersebut maka kami mengangkat judul laporan “Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologis Trimester II pada Ny.”A” G2P1A0H1 dengan Abortus Inkomplit di Puskesmas Karang Taliwang Tanggal 19 Maret 2016”.

1.2    Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka masalah yang dapat dirumuskan adalah: ”Bagaimana Asuhan Kebidanan Kehamilan Patologis Trimester II pada Ny.”A” G2P1A0H1 dengan Abortus Inkomplit di Puskesmas Karang Taliwang Tanggal 19 Maret 2016”.

1.3    Tujuan
1.3.1       Tujuan Umum
Agar mahasiswa mampu memberikan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan pada kasus Abortus Inkomplit dengan metode pendekatan SOAP.
1.3.2       Tujuan Kasus
Diharapkan mahasiswa mampu :
1.      Mampu melakukan pengkajian secara subjektif pada Ny.”A” dengan Abortus Inkomplit
2.      Mampu melakukan pengkajian secara objektif pada Ny.”A” dengan Abortus Inkomplit
3.      Mampu menentukan analisa pada Ny.”A” dengan Abortus Inkomplit
4.      Mampu memberikan penatalaksaan pada Ny.”A” dengan Abortus Inkomplit

1.4    Manfaat
1.4.1       Bagi Puskesmas
Dapat mendeteksi sedini mungkin komplikasi yang akan terjadi pada masa kehamilan dan persalinan.
1.4.2       Bagi Pendidikan
Sebagai bahan acuan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan  bagi peserta didik dan berguna sebagai bahan acuan untuk penulisan selanjutnya.
1.4.3       Bagi Mahasiswa
Menambah keterampilan dan pengetahuan mahasiswa, dan memberi peluang bagi mahasiswa untuk menerapkan teori-teori yang diperolehnya dari kampus.

1.5    Pemecahan Masalah
Sebagai bahan masukan dalam mencari solusi dan alternatif dalam mengantisipasi kasus obstetri kehamilan patologi pada kehamilan dengan Abortus Inkomplit.


BAB 2
TINJAUAN TEORI

2.1    Konsep Dasar Teori
2.1.1        Pengertian Abortus
Definisi lain dari abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh sebab-sebab tertentu) atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum mampu untuk hidup di luar kandungan. Abortus dapat juga dikatakan sebagai perdarahan pervaginam pada kehamilan < 22 minggu, (Saifuddin, 2009).
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi pada usia kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram, sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010).
Abortus merupakan berhentinya proses kehamilan sebelum berumur 28 minggu atau berat janin 1.000 gram (Manuaba, 2008).
2.1.2        Etiologi abortus
Pada kehamilan muda abortus tidak jarang didahului oleh kematian mudigah atau sebaliknya, pada kehamilan lebih lanjut biasanya janin dikeluarkan dalam keadaan masih hidup. Hal ini dapat disebabkan :
a.       Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat, kelainan berat biasanya menyebabkan kematian mudigah pada hamil muda. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan adalah sebagai berikut:
1)     Kelainan kromosom, kelainan yang sering ditemukan pada abortus spontan ialah trisomi, poliploidi dan kemungkinan pula kelainan kromosom seks.
2)     Lingkungan yang tidak sempurna, bila lingkungan di endometrium sekitar tempat implantasi kurang sempurna sehingga pemberian zat-zat makanan pada hasil konsepsi terganggu.
3)     Pengaruh dari luar, radiasi, virus, obat-obatan dan sebagainya. Dapat mempengaruhi baik hasil konsepsi maupun lingkungan hidupnya dalam uterus. Pengaruh ini umumnya dinamakan pengaruh teratogen.
b.      Kelainan pada plasenta
1)     Infeksi pada plasenta dengan berbagai sebab, sehingga plasenta tidak dapat berfungsi.
2)     Gangguan pada pembuluh darah plasenta yang diantaranya pada penderita diabetes mellitus.
3)     Hipertensi menyebabkan gangguan peredaran darah ke plasenta  sehingga menimbulkan keguguran.
c.       Penyakit ibu
Penyakit mendadak seperti pneumonia, tifus abdominalis, pielonefritis, malaria dan lain-lain dapat menyebabkan abortus. Toksin, bakteri, virus atau plasmodium dapat melalui plasenta masuk ke janin, sehingga dapat menyebabkan kematian janin dan kemudia terjadi abortus, anemia berat, keracunan, laparatomi, peri tonisis ummu dan penyakit menahun.
d.      Keadaan traktus genetalis
Retroversion uteri, mioma uteri, kelainan bawaan uterus dapat menyebabkan abortus, tetapi harus diingat bahwa hanya retroversion uteri gravid inkaserata atau mioma submukosum yang memegang peranan penting. Sebab lain abortus adalah dalam trimester II adalah serviks inkomplit yang dapat disebabkan oleh kehamilan bawaan pada serviks, dilatasi serviks atau robekan serviks uteri yang tidak dijahit (Wiknjosastro, 2009).
2.1.3        Patofisiologi abortus
Patofisiologi terjadinya keguguran mulai dari terlepasnya sebagian atau seluruh jaringan plasenta, yang menyebabkan perdarahan sehingga terjadi kekurangan oksigen. Bagian yang terlepas dianggap benda asing sehingga rahim berusaha untuk mengeluarkan dengan berkontraksi. Pengeluaran tersebut dapat terjadi secara spontan seluruhnya atau sebagian masih tertinggal sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit. Oleh karena itu keguguran memberi gejala umum sakit perut karena kontraksi rahim, terjadi perdarahan dan disertai pengeluaran seluruh atau sebagian hasil konsepsi, (Manuaba, 2008).
Pada permulaan terjadi perdarahan dalam desidua, diikuti oleh nekrosis jaringan sekitarnya, kemudian atau seluruh hasil konsepsi terlepas. Karena dianggap benda asing, maka uterus berkontraksi untuk mengeluarkannya. Pada kehamilan dibawah 8 minggu, hasil konsepsi dikeluarkan seluruhnya, karena vili korialis belum menembus desidua terlalu dalam, sedangkan kehamilan 8-14 minggu telah masuk agak dalam, sehingga sebagian keluar dan sebagian lagi akan tertinggal, karena itu banyak terjadi perdarahan (Mochtar, 2008).
2.1.4        Abortus Inkomplit
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2009).
Abortus inkompletus adalah pengeluaran sebagian hasil pembuahan pada usia kehamilan kurang 20 minggu, atau berat janin kurang dari 500 gram. Sebagian jaringan hasil konsepsi masih tertinggal di dalam uterus dimana pada pemeriksaan vagina, kinalis servikalis masih terbuka dan teraba jaringan dalam kavum uteri menonjol pada ostium uteri eksternum (Wiknjosastro, 2009).
Abortus inkomplit dapat juga dikatakan sebagai suatu keadaan yang banyak ditemukan pada wanita hamil, yang mana bila ditangani dengan baik, maka dapat menimbulkan hasil akhir yang minimal komplikasi. Namun apabila tidak ditangani dengan baik dapat berujung dengan kematian.
2.1.5        Klasifikasi Abortus
2.      Abortus iminens, perdarahan pervaginam pada kehamilan kurang dari 20 minggu, tanpa ada tanda-tanda dilatasi serviks yang meningkat. Abortus iminens merupakan peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks (Prawirohardjo, 2009).
a.       Tanda dan gajala :
Perdarahan memalui OUE disertai mules sedikit, uterus membesar sesuai umur kehamilan, serviks belum membuka dan kehamilan positif
b.      Penatalaksanaan :
1)      Tidak perlu penanganan khusus atau tirah baring total
2)      Jangan melakukan aktivitas fisik berlebihan atau hubungan seksual
3)      Jika perdarahan: 
Berhenti : Lakukan asuhan antenatal seperti biasa.
Terus berlangsung : Nilai kondisi janin (uji kehamilan/ USG).
3.      Abortus insipiens, bila perdarahan diikuti dengan dilatasi serviks.
Abortus Insipiens (Keguguran Sedang Berlangsung) adalah perdarahan dari uterus sebelum kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat (Prawirohardjo, 2009).
a.       Tanda dan gejala :
Perdarahan bertambah banyak, rasa mules menjadi lebih sering dan kuat serta dilatasi serviks meningkat
b.      Penatalaksanaan :
Jika usia kehamilan kurang dari 16 minggu, lakukan evakuasi uterus dengan  aspirasi vakum manual (AVM). Jika evakuasi tidak dapat segera dilakukan:
1)       Berikan ergometrin 0,2 mg IM atau Misoprostol 400mg per  oral
2)       Segera lakukan persiapan untuk pengeluaran hasil konsepsi dari uterus.
Jika usia kehamilan lebih dari 16 minggu:
1)       Tunggu ekspulsi spontan hasil konsepsi, kemudian evakuasi sisa-sisa hasil konsepsi.
2)       Jika perlu lakukan impus 20 unit oksotosin dalam 500mg cairan IV (garam fisiologik atau larutan ringer laktat) dengan kecepatan 40 tetes per menit untuk membantu ekspulsi hasil konsepsi.
4.      Abortus Inkomplit
Abortus Inkomplit adalah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus (Prawirohardjo, 2009).
a.       Tanda dan gejala :
Kanalis servikalis terbuka, jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang-kadang sudah menonjol dalam OUE, perdarahan dapat banyak sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak berhenti sebelum hasil konsepsi dikeluarkan.
b.      Penatalaksanaan
1)      Hasil konsepsi uterus (taksir usia gestasi), kenali dan atasi setiap komplikasi (perdarahan hebat, syok, infeksi atau sepsis).
2)      Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yang disertai perdarahan pada ukuran sedang, dapat dikeluarkan secara digital atau cunam ovum, setelah itu evaluasi perdarahan:
a)      Bila perdarahan berhenti, beri ergometrin 0,2mg IM atau misoprostol 400mg per oral.





Selengkapnya Download disini

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment