LAPORAN INDIVIDU
PRAKTEK KERJA LAPANGAN (PKL)
ASUHAN KEBIDANAN KOMUNITAS PADA KELUARGA Tn.”M”
PADA IBU MENOPAUSE DENGAN HIPERTENSI DI DUSUN
DASAN CERMEN DESA AIK DAREK KEC. BATUKLIANG
TANGGAL
21 NOVEMBER 2016
HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... ii
KATA PENGANTAR............................................................................................. iii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iv
BAB 1 PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Tujuan.................................................................................................... 4
1.3 Manfaat................................................................................................. 5
BAB 2 TINJAUAN TEORI................................................................................... 6
2.1 Konsep Dasar Kebidanan Komunitas .................................................. 6
2.2 Konsep Dasar Keluarga ....................................................................... 7
2.3 Konsep Dasar Teori Menopause............................................................ 9
2.4 Konsep Dasar Teori Hipertensi........................................................... 18
BAB 3 TINJAUAN KASUS................................................................................ 24
I.
Pengkajian .......................................................................................... 24
II.
Analisa
Data........................................................................................ 29
III.
Perencanaan........................................................................................ 30
IV.
Pelaksanaan ........................................................................................ 30
V.
Evaluasi............................................................................................... 31
BAB 4 PEMBAHASAN....................................................................................... 32
BAB 5 PENUTUP................................................................................................. 33
5.1 Kesimpulan......................................................................................... 33
5.2 Saran .................................................................................................. 33
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut data dari WHO (World Health Organization), tampaknya ledakan menopause
pada tahun-tahun mendatang sulit sekali dibendung. WHO memperkirakan ditahun 2030
nanti ada 1,2 miliar wanita yang berusia di atas 50 tahun. Sebagian besar dari mereka
(sekitar 80 persen) tinggal dinegara berkembang. Dan setiap tahunnya populasi wanita
menopause meningkat sekitar tiga persen. Perkiraan kasar menunjukan akan terdapat
sekitar 30-40 juta kaum wanita usia lanjut (wulan) dari seluruh jumlah penduduk
Indonesia yang sebesar 240-250 juta. Dalam kategori wulan tersebut (usia lebih dari
60 tahun), hampir 100 persen telah mengalami menopause dengan segala akibat serta
dampak yang menyertainya (Proverawati, 2009).
Data BPS (proyeksi penduduk 2008), 5.320.000 wanita Indonesia memasuki masa
menopause setiap tahun. 68 persen mengalami gejala klimakterik, 62 persen menghiraukan
gejala-gejala menopause, 15 persen peduli dengan terapi sulih hormon (TSH), 1 persen
yang menggunakan TSH, 47 persen mengerti kaitan gejala awal menopause dengan peningkatan
tekanan darah, 2 persen mengetahui TSH bisa mengurangi resiko tekanan darah.
Begitu juga untuk Propinsi JawaTengah, jumlah wanita menopause meningkat setiap
tahun. Menurut data sensus tahun 2007, tercatat 16.540.126 penduduk wanita Jawa
Tengah, 50,26 persen dari total penduduk Indonesia yaitu 32.908.850 (Baziad,
2008).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan,
dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat
yang setinggi-tingginya.Tujuan tersebut diciptakan untuk mewujudkan visi Indonesia
Sehat 2010, yang merupakan cerminan masyarakat, bangsa, dan Negara Indonesia,
melalui penduduknya yang hidup dengan perilaku dan dalam lingkungan yang sehat,
memiliki kemampuan untuk menjangkau layanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, diseluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesehatan adalah tanggung jawab bersama dari setiap individu,
masyarakat, pemerintah, dan swasta. Peran pemeritah dalam bidang kesehatan tidak
akan berarti apabila tanpa disertai kesadaran individu dan masyarakat untuk secara
mandiri menjaga kesehatannya (Depkes RI, 2005).
Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mempertinggi derajat kesehatan dalam
rangka meningkatkan kualitas dan taraf hidup serta kecerdasan dan kesejahteraan
rakyat pada umumnya, sehingga diperlukan upaya dalam memperluas dan mendekatkan
pelayanan kesehatan kepada masyarakat dengan mutu yang lebih baik dan biaya yang
terjangkau oleh masyarakat.
Pembangunan sektor kesehatan terutama pelayanan kesehatan hendaknya mengutamakan
pelayanan pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan tanpa mengabaikan pengobatan
dan pemulihan kesehatan agar dapat terwujud masyarakat yang sehat, sehingga pembangunan
manusia Indonesia seutuhnya dan masyarakat Indonesia seluruhnya sebagai hakikat
pembangunan nasioanal dapat tercapai. Sudah menjadi hukum alam, bahwa setiap manusia
pasti akan menjadi tua. Sejak manusia dilahirkan, telah berlangsung proses penuaan
yang terjadi terus menerus sepanjang hidupnya. Fase kehidupan seorang perempuan
secara kontinyu mulai dari lahir sampai akhir hayatnya akan melalui beberapa fase
yaitu fase neonatus, bayi, kanak-kanak, pubertas, masa reproduksi, masa klimakterium,
(pramenopause-perimenopause-menopause-pasca menopause), prasenium, berakhir dengan
senium. UHH (Usia Harapan Hidup) akan terus meningkat seiring dengan perbaikan kualitas
dan kuantitas pelayanan kesehatan di negara-negara berkembang, dengan demikian akan
semakin banyak didapatkan perempuan berusia lanjut yang dapat menikmati kehidupan
setelah menopause atau setelah masa reproduksi selesai. Secara biologis telah ditetapkan,
bahwa perempuan yang hidup sampai usia 45-55 tahun akan mengalami menopause
(Universitas Sriwijaya, 2010).
Usia harapan hidup perempuan Indonesia yang semakin panjang membuat menopause
yang semula tidak banyak diperkirakan menjadi hal yang penting. Sebelum menopause
wanita akan mengalami klimakterium, merupakan salah satu fase perkembangan fungsi
seksual yang disebabkan oleh turunnya fungsi ovarium (sel telur) yang mengakibatkan
hormon terutama estrogen dan progesteron sangat berkurang didalam tubuh.
Keluhan seperti berdebar-debar, migrain, insomnia, nyeri otot, nyeri pinggang,
mudah tersinggung. Keluhan psikiatrik dan neurotik seperti merasa tertekan,
lelah psikis, dan somatik, susah tidur, merasa ketakutan, konflik keluarga dan gangguan
ditempat kerja. Keluhan lainnya yang berhubungan dengan alat reproduksi dan gangguan
degenerasi seperti sakit waktu bersetubuh, gangguan haid, keputihan, gatal pada
vagina, susah kencing, libido menurun, keropos tulang (osteoporosis), gangguan sirkulasi,
kekeringan vagina, kenaikan kadar gula, kegemukan gangguan metabolisme
(adepositas) (Ade Oeswatun, 2007).
Dukungan suami ditemukan sebagai faktor eksternal paling ampuh dalam membantu
wanita untuk melalui masa menopause tanpa kecemasan berlebih. Suami yang tidak menuntut
wanita untuk tampil dengan kesempurnaan fisik dan menyakinkan pasangannya mengenai
hal ini, baik dalam perkataan maupun tindakan, akan sangat membantu perempuan untuk
menyakini bahwa tidak ada yang perlu dicemaskan ketika menopause tiba. Hal ini
menunjukan bahwa tuntutan lingkunganlah dan bukan menopause itu sendiri yang menyebabkan
perempuan cemas.
Dukungan suami memang penting dalam membantu perempuan menjalani masa menopause,
namun faktor internal dari dalam perempuan itu sendiri mutlak harus dimiliki.
Karena seperti apapun suami memahami dan mendukung, akan sia-sia saja jika perempuan
terus berkutat dengan pemikiran-pemikiran negatif mengenai perubahan fisik dan seksual
yang mereka alami. Bukan tidak mungkin jika suami pun akan bingung dan kesal karena
kehabisan cara untuk menenangkan istri yang sedang cemas (Lianawati, 2008).
Berdasarkan keterangan diatas terlihat bahwa menopause adalah masalah alamiah
yang harus dilalui oleh semua wanita pada waktunya.Dalam zaman emansipasi saat ini,
banyak wanita karier yang mencapai puncak karirnya pada usia diatas 40 tahun,
sedangkan pada usia tersebut sebagian wanita mulai dengan keluhan-keluhan pramenopause.
Masalah kesehatan reproduksi wanita merupakan masalah bersama maka diperlukan pemahaman
dan pengertian yang baik untuk dapat membantu mengatasi perubahan perilaku yang
disebabkan karena perubahan fungsi, secara optimal melalui komunikasi dan layanan
informasi reproduksi. Kelainan bentuk perilaku kesehatan reproduksi wanita usia
klimakterium terutama manifest atau timbul pada masa menjelang menopause dengan
berbagai permasalahan baik secara fisik maupun psikis (Kasdu, 2002).
Wanita dalam masa klimakteria memerlukan komunikasi, informasi dan edukasi
(KIE) dari petugas kesehatan untuk pemeliharaan kesehatan dan menjamin kualitas
hidupnya. Melalui pendidikan kesehatan diatas diharapkan wanita dapat terhindar
dari konsep yang salah tentang menopause, sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat
dalam menghadapi pasca menopause. Pengetahuan tentang klimakteria dapat diperoleh
dari proses pendidikan formal atau nonformal melalui media elektronik, surat kabar,
dan sumber pengetahuan lainnya. Kurangnya pengungkapan keluhan-keluhan manifestasi
klinis pada masa klimakteria memperlihatkan bahwa sebagian besar wanita menanggapi
keluhan dan gangguan klimakteria sebagai proses menua atau penyakit lainnya (Siagian,
2003).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Agar mahasiswa
dapat memberikan Asuhan Kebidanan Komunitas pada keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi di Dusun Dasan Cermen Desa
Aik Darek Kec. Batukliang.
1.2.2 Tujuan khusus
1.
Mahasiswa
mampu melakukan Pengkajian Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi.
2.
Mahasiswa mampu menganalisa masalah pada Asuhan
Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi
3.
Mahasiswa
mampu menyusun rencana Asuhan
Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi
4.
Mahasiswa
mampu melaksanakan tindakan segera pada Asuhan Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi
5.
Mahasiswa
mampu melakukan evaluasi terhadap pelaksanaan yang telah dilaksanakan pada Asuhan
Kebidanan Komunitas pada Keluarga Tn. ”M” pada Ibu Menopause dengan Hipertensi
1.3 Manfaat
1.3.1
Untuk mahasiswa
Sebagai sarana untuk melatih kemampuan
dan keterampilan dasar dalam melakukan asuhan kebidanan komunitas dengan gejala menopause.
1.3.2
Untuk Masyarakat
Dengan adanya penulisan ini diharapkan
kepada masyarakat untuk menyadari pentingnya menjaga dan memahami pentingnya gejala menopause
1.3.3
Untuk Petugas Kesehatan/Lahan
Sebagai sarana untuk lebih melatih dan
mengasah kemampuan mahasiswa dalam memberikan asuhan komunitas gejala menopause.
1.3.4
Untuk Instansi Pendidikan
Sebagai sarana untuk mendidik mahasiswa
khususnya mahasiswa Sekolah Tinggi Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Mataram
agar lebih terampil dan cekatan dalam memberikan penyuluhan dan penanganan
terhadap gejala.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Dasar Kebidanan Komunitas
2.1.1
Pengertian
Kebidanan komunitas
adalah seorang yang tetah meingikuti pendidikan kebidanan yang telah diakui
oleh pemerintah setempat yang telah menyelesaikan pendidikan dan lulus, serta
terdaftar/ mendapat izin melakukan praktek kebidanan yang melayani keluarga
atau masyarakat di wilayah tertentu (Marmi, 2011).
Kebidanan komunias
adalah upaya memberi asuhan kebidanan pada masyarakat baik individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat yang terfokus pada petayanan Kesehatan
Ibu dan Anak (KIA), Keluarga Berencatra (KB), kesehatan reproduksi
termasuk usia adiyuswa secara paripurna (Meilani, dkk, 2009).
Pelayanan kebidanan
komunitas adalah upaya yang dilakukan bidan untuk pemecahan terhadap
masalah kesehatan ibu dan anak balita di dalam keluarga dan masyarakat
(Rismiantari dan Ambarwati, 2011).
2.1.2
Sasaran Pelayanan Kebidanan Komunitas
Menurut Meilani, dkk
(2009) sasaran pelayanan kebidanan komunitas adalah komunitas, di dalam
komunitas terdapat kumpulan individu yang membentuk keluarga atau kelompok dalam suatu
masyarakat. Sasaran utama pelayanan kebidanan komunitas
adalah ibu dan anak dalamkeluarga.
1. Ibu
calon ibu/ masa pranikah ibu hamil, ibu bersaliru ibu nifas, ibu
meneteki, ibu masa interval, menopouse.
2. Anak
Bayi, balita, masa sekolah.
3. Keluarga berencana
Nuclear family (suami, istri, anak), extended family (keluarga
besarkakek, nenek, dll).
4. Masyarakat
Masyarakat desa, kelurahan dalam batas
wewenang kerja.
2.1.3
Kegiatan pelayanan kebidanan komunitas yang dilakukan oleh Bidan
Menurut Rismiantari dan Ambarwati (2011) kegiatan pelayanan kebidanan komunitas
yang dilakukan oleh bidan meliputi :
1.
Penyuluhan kesehatan.
2.
Pemeliharaan kesehatan ibu
dan balita.
3.
Konsep keluarga berencana.
4.
Imunisasi, gizi, keluarga
berencana.
5.
Memberikan pelayanan
kesehatan ibu di rumah.
6.
Membina dan membimbing kader
dan dukun bayi.
7.
Menggerakkan dan membina
peran serta masyarakat dalam bidang kesehatan.
8.
Membina kerja sama lintas
program dan lintas sektoral.
9.
Melakukan rujukan medik.
10. Mendeteksi secara dini adanya efek samping dan komplikasi pemakaian
kontrasepsi.
2.2
Konsep Dasar Keluarga
2.2.1. Pengertian Keluarga
Keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa anggota keluarga
lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam satu rumah tangga karena pertalian
darah atau ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan yang lainnya saling
bergantung dan berinteraksi. Bila salah satu anggota keluarga mempunyai masalah
kesehatn/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga yang lain
dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
2.2.2. Bentuk tipe keluarga
1.
Keluarga inti (nuclear
family) adalah keluarga yang terdiri dari ibu dan anak.
2.
Keluarga besar (extended family) adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misal : kakek, nenek, keponakan, saudara sepupu,
paman dan bibi.
3.
Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang
terdiri dari wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan merupakan
satu keluarga inti.
4.
Keluarga duda/janda (composite) yaitu keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama.
5.
Keluarga cabitas (cabitation)
2.2.3. Pemegang kekuasaan dalam
keluarga
Pemegang kekuasaan dalam keluarga :
1.
Partikel yang dominan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah.
2.
Martikal yang dominan
memegang kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ibu.
3.
Equalitarian yang memegang
kekuasaan dalam keluarga adalah pihak ayah dan ibu.
2.2.4. Peran keluarga
Peran keluarga menggambarkan seperangkat
perilaku interpersonal, bersifat kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu. Perananan dalam keluarga adalah :
1.
Peranan ayah
Sebagai suami dari istri dan ayah dari anak-anak, pencari
nafkah, pendidik, pelindung, kepala keluarga, anggota dari kelompok sosialnya,
anggota masyarakat dari lingkungan.
2.
Peranan ibu
Sebagai istri dan ibu dari anak-anak, mengurus rumah tangga,
pengasuh dan pendidik, pelindung dan salah satu kelompok dan peranan sosialnya
serta sebagai anggota masyarakat dan lingkungan, pncari nafkah tambahan dalam
keluarga.
3.
Peranan anak
Melaksanakan peranan psikososial sesuai tingkat
perkembangan baik fisik, mental maupun spiritual.
2.2.5. Fungsi keluarga
1. Fungsi biologis
Untuk meneruskan keturunan, memelihara dan membesarkan
anak, memenuhi kebutuhan gizi keluarga, memelihara dan merawat anggota
keluarga.
2. Fungsi psikologis
a.
Memberi kasih sayang dan
rasa aman
b.
Memberikan kasih sayang
diantara anggota keluarga.
3. Fungsi sosial
a.
Membina sosialisasi pada
anak
b.
Membentuk norma, tingkah
laku sesuai tingkat perkembangan anak.
4. Fungsi ekonomi
a.
Pengaturan penggunaan
penghasilan keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
b.
Mencari sumber penghasilan
keluarga untuk memenuhi kebutuhan keluarga.
c.
Menabung untuk memenuhi
kebutuhan keluarga di masa yang akan datang.
5. Fungsi pendidikan
a.
Menyekolahkan anak untuk
membekali pendidikan, keterampilan dan membentuk perilaku sesuai bakat dan
minat yang dimilikinya.
b.
Mempersiapkan anak untuk
kehidupan dewasa yang akan datang memenuhi peranannya sebagai orang dewasa.
c.
Mendidik anak sesuai tingkat
perkembangannya (Pinem, 2009).
2.3 Konsep Dasar Menopause
2.4.1
Pengertian Menopause
Menopause adalah
perdarahan haid yang terakhir yang terjadi pada usia 40 – 65 tahun. Jumlah
folikel yang mengalami atresia makin meningkat, sampai suatu ketika tidak
tersedia lagi folikel yang cukup. Produksi estrogenpun berkurang dan tidak
terjadi haid lagi yang berakhir dengan terjadinya menopause. Menopause merupakan sebuah kata yang
mempunyai banyak arti yang terdiri dari kata men dan pauseis yang berasal dari
bahasa Yunani yang pertama kali digunakan untuk menggambarkan berhentinya haid.
Ini merupakan suatu akhir proses biologis dari siklus menstruasi yang terjadi
karena penurunan produksi hormon estrogen yang dihasilkan ovarium (indung
telur). Menopause mulai pada umur yang berbeda umumnya adalah sekitar umur 50
tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an (Sarwono
P, 2008).
Produksi hormon estrogen menurun disebabkan oleh folikel
indung telur (kantong indung telur) akan mengalami tingkat kerusakan yang lebih
cepat sehingga pasokan folikel akhirnya habis. Percepatan kerusakan folikel ini
terjadi pada usia 37 dan 38 tahun. Inhibin (suatu zat yang dihasilkan volikel)
yang berkurang sehingga meningkatkan kadar FSH (Folokel Stimulating Hormon)
yang dihasilkan oleh hipofisis. Kadar estrogen perempuan akan meningkat pada
masa pra menopause.
Kadar tersebut tidak berkurang selama kurang dari satu
tahun sebelum periode menstruasi berakhir. Estrogen utama yang dihasilkan dalam
tubuh wanita adalah estradiol. Namun selama pra menopause, estrogen yang
dihasilkan lebih banyak dari jenis berbeda yaitu estrogen yang dihasilkan
didalam indung telur maupun dalam lemak tubuh. Kadar progesteron mulai menurun
tajam selama pra menopause.
Meskipun tujuan reproduksi tidak lagi menjadi hal utama
di usia ini, peran hormon-hormon tersebut yang berkaitan dengan kesehatan tetap
diperlukan. Estrogen dan androgen tetap penting, misalnya untuk mempertahankan
tulang yang kuat dan sehat. Selain itu juga bermanfaat untuk mempertahankan
jaringan vagina dan saluran kencing yang lentur. Baik estrogen maupun
progesteron sama-sama penting untuk mempertahankan lapisan kalogen yang sehat
pada kulit.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa menopause
merupakan suatu masa ketika persediaan sel telur habis, indung telur mulai
menghentikan produksi estrogen yang mengakibatkan haid tidak muncul lagi. Hal
ini dapat diartikan sebagai berhentinya kesuburan (Wiknjosastro, Hanifa. 2005).
2.4.2
Periode Menopause
Menurut Sinclair, Constance. (2010) ada tiga periode menopause, yaitu:
1.
Klimaterium
Periode klimakterium merupakan masa peralihan antara masa
reproduksi dan masa senium. Biasanya masa ini disebut juga dengan pra
menopause, antara usia 40 tahun, ditandai dengan siklus haid yang tidak
teratur, dengan perdarahan haid yang memanjang dan relatif banyak.
2. Menopause
Masa menopause yaitu saat haid terakhir atau berhentinya
menstruasi, dan bila sesudah menopause disebut paska menopause bila telah
mengalami menopause 12 bulan sampai menuju ke senium umumnya terjadi pada usia
50-an tahun.
3. Senium
Periode paska menopause, yaitu ketika individu telah
mampu menyesuaikan dengan kondisinya, sehingga tidak mengalami gangguan fisik
antara usia 65 tahun. Beberapa wanita juga mengalami berbagai gejala karena
perubahan keseimbangan hormon. Bagian- bagian tubuh dapat mulai menua dengan
jelas, tetapi kebanyakan wanita seharusnya tetap aktif secara fisik, mental,
dan seksual sesudah menopause seperti sebelumnya. Menopause mulai pada umur
yang berbeda pada orang-orang yang berbeda umur yang umum adalah sekitar 50
tahun, meskipun ada sedikit wanita memulai menopause pada umur 30-an, sementara
wanita-wanita lain mulainya menopause tertunda sampai umur 50-an.
2.4.3
Tahap-tahap dalam Menopause
Menurut Sinclair, Constance.
(2010),
menopause di bagi dalam beberapa tahapan yaitu sebagai berikut:
1.
Pra Menopause
Fase antara usia 40
tahun dan dimulainya fase klimakterium. Gejala-gejala yang timbul pada fase pra
menopause antara lain siklus haid yang tidak teratur, perdarahan haid yang
memanjang, jumlah darah yang banyak, serta nyeri haid.
2. Peri Menopause
Fase peralihan antara masa pra menopause dan masa
menopause. Gejala-gejala yang timbul pada fase peri menopause antara lain
siklus haid yang tidak teratur, dan siklus haid yang panjang.
3.
Menopause
Haid dialami terakhir akibat menurunnya fungsi estrogen
dalam tubuh. Menurut Luciana (2005), keluhan-keluhan yang timbul pada menopause
antara lain keringat malam hari, mudah marah, sulit tidur, siklus haid tidak
teratur, gangguan fungsi seksual, kekeringan vagina, perubahan pada indera
perasa, gelisah, rasa khawatir, sulit konsentrasi, mudah lupa, sering tidak
dapat menahan kencing, nyeri otot sendi, serta depresi.
2.4.4
Perubahan pada masa menopause
Perubahan bahan pada masa menopause adalah
perubahan-perubahan yang bersifat drastis. Perubahan pada masa menopause itu
menyangkut perubahan organ reproduksi, perubahan hormon, perubahan fisik,
maupun perubahan psikologis. Seorang yang berada pada masa menopause, harus
siap menjalani masa ini, karena masa menopause adalah masa peralihan, yang
biasanya seseorang mengalami masalah pada masa transisi ini.
Selengkapnya Download disini