ASUHAN
KEBIDANAN PADA NY “E” DENGAN P2A0H2
DENGAN
POST PARTUM NORMAL DI RUANG
NIFAS PUSKESMAS
GUNUNG SARI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Periode pasca partum adalah masa dari kelahiran
plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode intra partum) hingga
kembalinya traktus reproduksi wanita pada kondisi tidak hamil. Ingat bahwa perubahan ini adalah pada kondisi
tidak hamil, bukan kondisi pra hamil seperti yang sering dikatakan. Kondisi
organ pra hamil hingga selamanya paling mencolok setelah pertama kali hamil dan
melahirkan, tetapi juga pada setiap kehamilan selanjutnya.
Periode ini disebut juga puerperium, dan wanita yang
mengalami puerperium disebut puerperal. Periode pemulihan pasca partum
berlangsung sekitar 6 minggu.
Kondisi
derajat kesehatan masyarakat Indonesia saat ini masih memprihatinkan, antara
lain ditandai dengan masih tingginya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Berdasarkan survey demografi kesehatan Indonesia (SDKI,
2003) AKI nasional yaitu 307 per 100.000 KH, sedangkan AKB nasional yaitu 59
per 1.000 KH. Kondisi inipun masih terjadi di NTB, dimana AKB yaitu 74/1000
kelahiran hidup, sedangkan AKI tidak dapat diprediksikan.
Adapun
tingginya AKI ini disamping berhubungan
dengan kehamilan dan masa nifas juga berhubungan erat dengan proses persalinan,
bukan saja di pengaruhi oleh faktor kesehatan tetapi juga oleh faktor-faktor
diluar kesehatan. Dapat disimpulkan bahwa tingginya AKI disebabkan antara lain
karena faktor keterlambatan, antara kain terlambat mengenal tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat membawa ke fasilitas/sarana pelayanan kesehatan,
dan terlambat mendapatkan pertolongan di fasilitas/sarana pelayanan kesehatan.
Untuk menurunkan AKI/AKB secara bermakna diperlukan berbagai upaya termasuk
peningkatan cakupan serta peningkatan mutu pemeriksaan kehamilan dan
peningkatan mutu dalam pelayanan proses persalinan untuk mencegah terjadinya
perdarahan, infeksi dan pre-eklampsi/eklampsi.
Penyebab
utama kematian ibu yang sudah di identifikasi adalah perdarahan, infeksi, dan pre
eklampsi/eklampsi. Disadari bahwa berbagai upaya di sektor kesehatan akan
memberikan hasil yang optimal, jika didukung oleh berbagai upaya di luar sektor
kesehatan.
Perhatian terhadap peristiwa kehamilan dan persalinan
dilakukan sejak dini karena menyangkut kualitas sumber daya manusi. Pemerintah
dan masyarakat telah melaksanakan
berbagai upaya untuk memberikan pelayanan kesehatan terhadap ibu hamil dan
bersalin sehingga melahirkan bayi yang sehat. Melalui upaya pelayanan kesehatan
ibu dan anak yang berkualitas, menyeluruh, dan terpadu diharapkan dapat
meningkatkan cakupan pelayanan yang pada gilirannya akan menurunkan angka kematian
ibu (Leimena,1994).
Pemerintah
telah mengupayakan berbagai upaya untuk
meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, sesuai dengan amanat GBHN yang
mengutamakan pembangunan kualitas sumber daya manusia. Gambaran keadaan masyarakat Indonesia dimasa depan
atau visi yang ingin dicapai melalui pembangunan kesehatan tersebut adalah Indonesia
Sehat 2010 dan visi Making
Pregnancy Safer (MPS) adalah kehamilan dan persalinan di Indonesia
berlangsung aman serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.
Prinsip
pokok MPS yaitu :
1.
Setiap persalinan ditolong tenaga kesehatan terlatih
2.
Setiap komplikasi obstetri dan neonatal mendapat
pelayanan yang adekuat
3.
Setiap wanita usia subur mempunyai akses terhadap
pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.
Sebagai
bentuk aplikasi ilmu yang didapat selama proses pembelajaran maka diharapkan
sebagai mahasiswi jurusan kebidanan diwajibkan untuk melakukan asuhan kebidanan
pada ibu selama masa persalinan. Dengan upaya tersebut diharapkan sebagai
mahasisiwi kebidanan mempunyai pengalaman dalam memberikan pelayanan Post Natal
Care (PNC).
1.2 Tujuan
A.
Tujuan Umum
Mampu melakukan asuhan kebidanan dengan pendekatan manajemen kebidanan pada
kasus normal selama masa nifas.
B.
Tujuan Khusus
1.
Mampu melakukan pengkajian data dengan benar pada PNC.
2.
Mampu menginterpretasikan data untuk menegakkan diagnosis
pasien PNC.
3.
Mampu mengidentifikasi masalah potensial dan
mengantisipasi penanganan pada pasien PNC.
4.
Mampu menentukan kebutuhan untuk tindakan segera pada
pasien PNC.
5.
Mampu menyusun perencanaan tindakan asuhan kebidanan pada
pasien PNC.
6.
Mampu melaksanakan tindakan asuhan kebidanan pada pasien
PNC.
7.
Mampu melaksanakan evaluasi hasil tindakan asuhan
kebidanan pada pasien PNC.
1.3 Manfaat
A. Bagi mahasiswa:
1.
Meningkatkan
keterampilan mahasiswa dalam melakukan observasi masa nifas normal dan mendeteksi komplikasi dan
masalah yang dialami mahasiswa.
2.
Meningkatkan
kemampuan mahasiswa dalam melakukan pengkajian kesehatan pada ibu nifas dengan
manajemen 7
langkah varney.
B. Bagi ibu nifas
Meningkatkan pengetahuan ibu nifas untukmeningkatkan kesehatan
ibu dan kesehatan bayinya.
C. Bagi lahan praktik
Sebagai sarana untuk lebih melatih dan mengasah kemampuan mahasiswa dalam
memberikan pelayanan terhadap ibu nifas.
D.
Bagi
Pendidikan
Meningkatkan pembinaan pada
mahasiswa dalam memberikan asuhan kebidanana pada postpartum normal melalui
manajemen kebidanan 7 langkah Varney.
1.
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. KONSEP DASAR
TEORI
2.1.1. Pengertian
Masa nifas dimulai setelah partus selesai, dan
berakhir kira-kira 6 minggu. Akan tetapi seluruh alat genetal baru pulih
kembali seperti sebelum ada kehamilan dalam waktu 3 bulan (Hanifah
Wiknjosastro, 2006).
Periode
pascapartum adalah masa dari kelahiran plasenta dan selaput janin ( menandakan
akhir periode intrapartum) hingga kembali traktus reproduksi wanita pada
kondisi tidak hamil. Periode pemulihan pascapartum berlangsung selama 6 minggu
(Helen Varney, 2007).
2.1.2. Tujuan Perawatan
Masa Nifas
Dalam masa nifas
ini penderita memerlukan perawatan dan pengawasan yang dilakukan selama ibu
tinggal dirumah sakit maupun setelah nanti keluar dari rumah sakit.
Adapun tujuan
dari perawatan masa nifas :
1.
Menjaga kesehatan ibu dan bayi baik fisik maupun
psikologi
2.
Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila
terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi.
3.
Memberi pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui, pemberian imunisasi pada
bayi dan perawatan bayi sehat.
2.1.3. Perubahan Masa
Nifas
Selama menjalani
masa nifas, ibu mengalami perubahan yang bersifat fisiologis yang meliputi
perubahan fisik dan psikologik, yaitu:
1. Perubahan
Fisik
a.
Involusi
Involusi adalah
perubahan yang merupakan proses kembalinya alat kandungan atau uterus dan jalan
lahir setelah bayi dilahirkan hingga mencapai keadaan seperti sebelum hamil.
Proses involusi
terjadi karena adanya autolysis. Autolisis yaitu penghancuran jaringan
otot-otot uterus yang tumbuh karena adanya hiperplasi, dan jaringan otot yang
membesar menjadi lebih panjang sepuluh kali dan menjadi lima kali lebih tebal
dari sewaktu masa hamil akan susut kembali mencapai keadaan semula.
Penghancuran jaringan tersebut akan diserap oleh darah kemudian dikeluarkan
oleh ginjal yang menyebabkan ibu mengalami kencing setelah melahirkan.
Aktifitas
otot-otot yaitu adanya kontraksi dan reaksi dari oto-otot setelah anak lahir
yang diperlukan untuk menjepit pembuluh darah yang pecah karena adanya
pelepasan plasenta dan berguna untuk mengeluarkan isi uterus yang tidak
berguna. Karena kontraksi dan retraksi menyebabkan terganggunya peredaran darah
uterus yang mengakibatkan jaringan otot kurang zat yang diperlukan sehingga
ukuran jaringan otot menjadi lebih kecil. Ischemia yaitu kekurangan darah pada
uterus yang menyebabkan atropi pada jaringan otot uterus. Involusi pada alat
kandungan meliputi:
1)
Uterus :
Setelah plasenta lahir uterus
merupakan alat yang keras, karena kontraksi dan reraksi ototnya. Perubahan
uterus setelah melahirkan dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1 Uterus Setelah Melahirkan
Involusi
|
TFU
|
Berat
Uterus
|
Diameter
Bekas Melekat Plasenta
|
Keadaan
Cervix
|
Setelah plasenta lahir
1 minggu
2 minggu
6 minggu
8 minggu
|
Sepusat
Pertengahan pusat-sympisis
Tak teraba
Sebesar hamil 2
minggu
Normal
|
1000 gr
500 gr
350 gr
50 gr
30 gr
|
12,5 cm
7.5 cm
5 cm
2,5 cm
|
Lembek
Dapat dilalui 2 jari
Dapat dimasuki 1 jari
|
2)
Involusi tempat
plasenta :
Pada permulaan nifas bekas
plasenta mengandung banyak pembuluh
darah besar yang tersumbat oleh trombus. Luka bekas implantasi plasenta tidak
meninggalkan parut karena dilepaskan dari dasarnya dengan pertumbuhan
endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini tumbuh dari pinggir
lula dan juga sisa-sisa kelenjar pada dasar luka.
3)
Perubahan pembuluh
darah rahim :
Dalam kehamilan, uterus
mempunyai banyak pembuluh darah yang besar, tetapi karena setelah persalinan
tidak diperlukan lagi peredaran darah yang banyak maka arteri harus mengecil
lagi dalam masa nifas
4)
Perubahan pada
cervix dan vagina :
Beberapa hari setelah
persalinan ostium eksternum dapat dilalui oleh 2 jari, pada akhir minggu
pertama dapat dilalui oleh 1 jari saja. Karena hiperplasi ini dan karena
retraksi dari cervix, robekan cervix jadi sembuh. Vagina yang sangat diregang
waktu persalinan, lambat laun mencapai ukuran yang normal. Pada minggu ke 3
post partum ruggae mulai nampak kembali. Rasa sakit yang disebut after pains (meriang atau mules-mules)
disebabkan kontraksi rahim biasanya berlangsung 3-4 hari pasca persalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu
mengenai hal ini dan bila terlalu mengganggu analgesik (Cunningham, 430).
5)
Lochia :
Lochia adalah cairan yang
dikeluarkan dari uterus melalui vagina dalam masa nifas. Lochia bersifat
alkalis, jumlahnya lebih banyak dari darah menstruasi. Lochia ini berbau anyir
dalam keadaan normal, tetapi tidak busuk. Pengeluaran lochia dapat dibagi
berdasarkan jumlah dan warnanya yaitu lochia rubra berwarna merah dan hitam
terdiri dari sel desidua, verniks kaseosa, rambut lanugo, sisa mekonium, sisa
darah dan keluar mulai hari pertama sampai hari ketiga. Lochia sanginolenta
berwarna putih bercampur merah, mulai hari ketiga sampai hari ketujuh. Lochia
serosa berwarna kekuningan dari hari ketujuh sampai hari keempat belas. Lochia
alba berwarna putih setelah hari keempat belas.
6)
Dinding perut dan
peritonium :
Setelah persalinan dinding
pewrut longgar karena diregang begitu lama, biasanya akan pulih dalam 6 minggu.
Ligamen fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu partus setelah
bayi lahir berangsur-angsur mengecil dan pulih kembali. Tidak jarang uterus
jatuh ke belakang menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum jadi kendor. Untuk
memulihkan kembali sebaiknya dengan latihan-latihan pasca persalinan.
b.
Sistim Kardiovasculer
Selama kehamilan secara normal volume darah untuk
mengakomodasi penambahan aliran darah yang diperlukan oleh placenta dan
pembuluh darah uterus. Penurunan dari estrogen mengakibatkan diuresis yang
menyebabkan volume plasma menurun secara cepat pada kondisi normal. Keadaan ini
terjadi pada 24-48 jam pertama setelah kelahiran. Selama ini klien mengalami
sering kencing. Penurunan progesteron membantu mengurangi retensi cairan
sehubungan dengan penambahan vaskularisasi jaringan selama kehamilan.
c.
Ginjal
Aktifitas ginjal bertambah pada masa nifas karena
reduksi dari volume darah dan ekskresi produk sampah dari autolysis. Puncak
dari aktifitas ini terjadi pada hari pertama post partum
d.
Sistem Hormonal
1)
Oxytoxin
Oxytoxin disekresi oleh kelenjar hipofise posterior
dan bereaksi pada otot uterus dan jaringan payudara. Selama kala tiga
persalinan aksi oxytoxin menyebabkan pelepasan plasenta. Setelah itu oxytoxin beraksi untuk kesetabilan
kontraksi uterus, memperkecil bekas tempat perlekatan plasenta dan mencega
perdarahan. Pada wanita yang memilih untuk menyusui bayinya, isapan bayi
menstimulasi ekskresi oxytoxin dimana keadaan ini membantu kelanjutan involusi
uterus dan pengeluaran susu. Setelah plasenta lahir, sirkulasi HCG, estrogen,
progesteron dan hormon laktogen plasenta menurun cepat, keadaan ini menyebabkan
perubahan fisiologis pada ibu nifas.
2)
Prolaktin
Penurunan estrogen menyebabkan prolaktin yang
disekresi oleh glandula hipofise
anterior bereaksi pada alveolus payudara dan merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui kadar prolaktin
terus tinggi dan pengeluaran FSH di ovarium ditekan. Pada wanita yang tidak
menyusui kadar prolaktin turun pada hari ke 14 sampai 21 post partum dan
penurunan ini memgakibatkan FSH disekresi kelenjar hipofise anterior untuk
bereaksi pada ovarium yang menyebabkan pengeluaran estrogen dan progesteron
dalam kadar normal, perkembangan normal folikel de graaf, ovulasi dan
menstruas.
e.
Laktasi
Laktasi
dapat diartikan dengan pembentukan dan pengeluaran air susu ibu. Air susu ibu
ini merupakan makanan pokok, makanan yang terbaik dan bersifat alamiah bagi
bayi yang disediakan oleh ibu yang baru saja melahirkan bayi akan tersedia
makanan bagi bayinya dan ibunya sendiri.
Selama
kehamilan hormon estrogen dan progesteron merangsang pertumbuhan kelenjar susu
sedangkan progesteron merangsang pertumbuhan saluran kelenjar, kedua hormon ini
mengeram LTH. Setelah plasenta lahir maka LTH dengan bebas dapat merangsang
laktasi.
Lobus
posterior hypofise mengeluarkan oxytoxin yang merangsang pengeluaran air susu.
Pengeluaran air susu adalah reflek yang ditimbulkan oleh rangsangan penghisapan
puting susu oleh bayi. Rangsangan ini menuju ke hypofise dan menghasilkan
oxytoxin yang menyebabkan buah dada mengeluarkan air susunya.
Pada hari
ke 3 post partum, buah dada menjadi besar, keras dan nyeri. Ini menandai
permulaan sekresi air susu, dan kalau areola mammae dipijat, keluarlah cairan
putih dari puting susu
f.
Tanda-tanda vital
Perubahan
tanda-tanda vital pada masa nifas meliputi:
Tabel 2. Tabel Perubahan Tanda-tanda Vital
Parameter
|
Penemuan normal
|
Penemuan abnormal
|
Tanda-tanda vital
|
Tekanan darah < 140/90 mmHg, mungkin bisa naik dari tingkat disaat
persalinan 1-3 hari post partum.
Suhu tubuh < 38°C Denyut nadi: 60-100 x/menit
|
Tekanan darah > 140/90 mmHg
Suhu > 38°C
Denyut nadi:> 100 x/menit
|
2. Perubahan
Psikologis
Perubahan
psikologi masa nifas menurut Reva Rubin terbagi menjadi dalam 3 tahap yaitu:
a.
Periode Taking In
Periode ini
terjadi setelah 1-2 hari dari persalinan. Dalam masa ini terjadi interaksi dan
kontak yang lama antara ayah, ibu dan bayi. Hal ini dapat dikatakan sebagai
psikis honey moon yang tidak memerlukan hal-hal yang romantis, masing-masing
saling memperhatikan bayinya dan menciptakan hubungan yang baru.
b.
Periode Taking Hold
Berlangsung
pada hari ke-3 sampai ke-4 post partum. Ibu berusaha bertanggung jawab terhadap
bayinya dengan berusaha untuk menguasai keterampilan perawatan bayi. Pada
periode ini ibu berkonsentrasi pada pengontrolan fungsi tubuhnya, misalnya
buang air kecil atau buang air besar.
c.
Periode Letting Go
Terjadi
setelah ibu pulang ke rumah. Pada masa ini ibu mengambil tanggung jawab
terhadap bayi. Sedangkan stres emosional pada ibu nifas kadang-kadang
dikarenakan kekecewaan yang berkaitan dengan mudah tersinggung dan terluka
sehingga nafsu makan dan pola tidur terganggu. Manifestasi ini disebut dengan
post partum blues dimana terjadi pada hari ke 3-5 post partum.
2.1.4. Asuhan Masa
Nifas
Setelah melahirkan, ibu membutuhkan perawatan yang
intensif untuk pemulihan kondisinya setelah proses persalinan yang melelahkan.
Dimana perawatan post partum meliputi:
1.
Mobilisasi Dini
Karena lelah sehabis melahirkan, ibu harus istirahat
tidur telentang selama 8 jam pasca persalinan. Kemudian boleh miring kekana
kekiri untuk mencegah terjadinya thrombosis dan trombo emboli. Pada hari kedua
diperbolehkan duduk, hari ketiga jalan-jalan dan hari keempat atau kelima sudah
diperbolehkan pulang. Mobilisasi di atas memiliki variasi tergantung pada
komplikasi persalinan, nifas dan sembuhnya luka-luka.
Keuntungan dari mobilisasi dina adalah melancarkan
pengeluaran lochea, mengurangi infeksi purperium, mempercepat involusi alat
kandungan, melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat perkemihan, meningkatkan
kelancaran peredaran darah sehingga mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.
a.
Rawat Gabung
Perawatan ibu dan bayi dalam suatu ruangan
bersama-sama sehingga ibu lebih banyak memperhatikan bayinya, segera dapat
memberikan ASI sehingga kelancaran pengeluaran ASI lebih terjamin
b.
Pemeriksaan Umum
Pada ibu nifas pemeriksaan umum yang perlu dilakukan
antara lain adalah kesadaran penderita, keluhan yang terjadi setelah
persalinan.
c.
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus pada ibu nifas meliputi:
Fisik : Tekanan darah, nadi dan suhu
Fundus uterus : Tinggi fundus uteri, kontraksi uterus
Genitalia : Lochea
rubra, lochea sanginolenta, lochea serosa,
lochea alba
Luka jahitan episiotomi : Apakah
baik atau terbuaka, apaka ada tanda infeksi
Download disini
0 comments:
Post a Comment