LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN
KEPERAWATAN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN PADA KASUS PNEUMONIA
A.
Pengertian Pneumonia
Pneumonia
adalah infeksi saluran pernafasan akut bagian bawah yang mengenai parenkim
paru. Menurut anatomis, pneumonia pada anak dibedakan menjadi pneumonia
lobaris, pneumonia interstiasialis dan bronkopneumonia (Arif Mansjoer,
2001).
Pneumonia
adalah proses inflamatori parenkim paru yang umumnya disebabkan oleh agen
infeksius. Pneumonia adalah penyakit infeksius yang sering mengakibatkan
kematian. Pneumonia disebabkan terapi radiasi, bahan kimia dan aspirasi.
Pneumonia radiasi dapat menyartai terapi radiasi untuk kanker payudara dan
paru, biasanya enam minggu atau lebih setelah pengobatan sesesai. Pneoumalitiis
kimiawi atau pneumonia terjadi setelah menjadi kerosin atau inhalasi gas yang
mengiritasi. Jika suatu bagian substasial dari suatu lobus atau yang terkenal
dengan penyakit ini disebut pneumonia lobaris (Jeremy, dkk, 2007).
Pneumonia
adalah peradangan akut parenkim paru yang biasanya berasal dari suatu infeksi
(S. A. Frice. 2005).
Pneumonia adalah proses infeksi akut
yang mengenai jaringan paru-paru (alveoli). Selain gambaran umum di atas,
Pneumonia dapat dikenali berdasarkan pedoman tanda-tanda klinis lainnya dan
pemeriksaan penunjang (Rontgen, Laboratorium) (Wilson, 2006).
B.
Klasifikasi
Tiga
klasifikasi pneumonia.
1. Berdasarkan
klinis dan epidemiologis:
a.
Pneumonia komuniti (community-acquired pneumonia).
b.
Pneumonia nosokomial, (hospital-acquired
pneumonia/nosocomial pneumonia).
c.
Pneumonia aspirasi.
d.
Pneumonia pada
penderita immunocompromised.
(Jeremy, dkk, 2007)
2. Berdasarkan
bakteri penyebab:
a.
Pneumonia Bakteri/Tipikal.
Dapat terjadi pada semua usia. Pneumonia
bakterial sering diistilahkan dengan pneumonia akibat kuman. Pneumonia jenis
itu bisa menyerang siapa saja, dari bayi hingga mereka yang telah lanjut usia.
Para peminum alkohol, pasien yang terkebelakang mental, pasien pascaoperasi,
orang yang menderita penyakit pernapasan lain atau infeksi virus adalah yang
mempunyai sistem kekebalan tubuh rendah dan menjadi sangat rentan terhadap
penyakit itu.
Pada saat pertahanan tubuh menurun,
misalnya karena penyakit, usia lanjut, dan malnutrisi, bakteri pneumonia akan
dengan cepat berkembang biak dan merusak paru-paru. Jika terjadi infeksi,
sebagian jaringan dari lobus paru-paru, atau pun seluruh lobus, bahkan sebagian
besar dari lima lobus paru-paru (tiga di paru-paru kanan, dan dua di paru-paru
kiri) menjadi terisi cairan. Dari jaringan paru-paru, infeksi dengan cepat
menyebar ke seluruh tubuh melalui peredaran darah. Bakteri Pneumokokus adalah
kuman yang paling umum sebagai penyebab pneumonia bakteri tersebut. Gejalanya
Biasanya pneumonia bakteri itu didahului dengan infeksi saluran napas yang
ringan satu minggu sebelumnya. Misalnya, karena infeksi virus (flu). Infeksi
virus pada saluran pernapasan dapat mengakibatkan pneumonia disebabkan mukus
(cairan/lendir) yang mengandung pneumokokus dapat terisap masuk ke dalam
paru-paru (Soeparman, dkk, 1998).
Beberapa bakteri mempunyai tendensi
menyerang seseorang yang peka, misalnya klebsiella pada penderita alkoholik,
staphyllococcus pada penderita pasca infeksi influenza. Pneumonia Atipikal.
Disebabkan mycoplasma, legionella, dan chalamydia (Soeparman, dkk, 1998).
b.
Pneumonia Akibat virus.
Penyebab
utama pneumonia virus adalah virus influenza (bedakan dengan bakteri hemofilus
influenza yang bukan penyebab penyakit influenza, tetapi bisa menyebabkan
pneumonia juga). Gejalanya Gejala awal dari pneumonia akibat virus sama seperti
gejala influenza, yaitu demam, batuk kering, sakit kepala, nyeri otot, dan
kelemahan. Dalam 12 hingga 36 jam penderita menjadi sesak, batuk
lebih parah, dan berlendir sedikit. Terdapat panas tinggi disertai membirunya
bibir. Tipe pneumonia itu bisa ditumpangi dengan infeksi pneumonia karena
bakteri. Hal itu yang disebut dengan superinfeksi bakterial. Salah satu tanda
terjadi superinfeksi bakterial adalah keluarnya lendir yang kental dan berwarna
hijau atau merah tua (S. A. Price, 2005)
3. Berdasarkan
predileksi infeksi:
a.
Pneumonia
lobaris, pneumonia yang terjadi pada satu lobus (percabangan besar dari pohon
bronkus) baik kanan maupun kiri.
b.
Pneumonia
bronkopneumonia
Pneumonia yang
ditandai bercak-bercak infeksi pada berbagai tempat di paru. Bisa kanan maupun
kiri yang disebabkan virus atau bakteri dan sering terjadi pada bayi atau orang
tua. Pada penderita pneumonia, kantong udara paru-paru penuh dengan nanah dan
cairan yang lain. Dengan demikian, fungsi paru-paru, yaitu menyerap udara
bersih (oksigen) dan mengeluarkan udara kotor menjadi terganggu. Akibatnya,
tubuh menderita kekurangan oksigen dengan segala konsekuensinya, misalnya
menjadi lebih mudah terinfeksi oleh bakteri lain (super infeksi) dan
sebagainya. Jika demikian keadaannya, tentu tambah sukar penyembuhannya.
Penyebab penyakit pada kondisi demikian sudah beraneka macam dan bisa terjadi
infeksi yang seluruh tubuh. (S. A. Price, 2005)
C.
Etiologi
Penyebab
Pneumonia adalah streptococus pneumonia dan haemophillus influenzae. Pada bayi
dan anak kecil ditemukan staphylococcus aureus sebagai penyebab pneumonia yang
berat, dan sangat profesif dengan mortalitas tinggi (Arif Mansjoer,
dkk).
1. Bakteri: stapilokokus, streplokokus, aeruginosa,
eneterobacter
2. Virus: virus influenza, adenovirus
3. Micoplasma pneumonia
D. Patofisiologi
Sebagian besar pneumonia didapat
melalui aspirasi partikel infektif. Ada beberapa mekanisme yang pada keadaan
normal melindungi paru dari infeksi. Partikel infeksius difiltrasi di hidung,
atau terperangkap dan dibersihkan oleh mukus dan epitel bersilia di saluran
napas. Bila suatu partikel dapat mencapai paru-paru, partikel tersebut akan
berhadapan dengan makrofag alveoler, dan juga dengan mekanisme imun sistemik,
dan humoral. Bayi pada bulan-bulan pertama kehidupan juga memiliki antibodi
maternal yang didapat secara pasif yang dapat melindunginya dari pneumokokus
dan organisme-organisme infeksius lainnya.
Perubahan pada mekanisme protektif ini
dapat menyebabkan anak mudah mengalami pneumonia misalnya pada kelainan
anatomis kongenital, defisiensi imun didapat atau kongenital, atau kelainan
neurologis yang memudahkan anak mengalami aspirasi dan perubahan kualitas
sekresi mukus atau epitel saluran napas. Pada anak tanpa faktor-faktor
predisposisi tersebut, partikel infeksius dapat mencapai paru melalui perubahan
pada pertahanan anatomis dan fisiologis yang normal. Ini paling sering terjadi
akibat virus pada saluran napas bagian atas.
Virus tersebut dapat menyebar ke
saluran napas bagian bawah dan menyebabkan pneumonia virus. Kemungkinan lain,
kerusakan yang disebabkan virus terhadap mekanisme pertahan yang normal dapat
menyebabkan bakteri patogen menginfeksi saluran napas bagian bawah.
Bakteri ini dapat merupakan organisme
yang pada keadaan normal berkolonisasi di saluran napas atas atau bakteri yang
ditransmisikan dari satu orang ke orang lain melalui penyebaran droplet di
udara. Kadang-kadang pneumonia bakterialis dan virus (contoh: varisella,
campak, rubella, CMV, virus Epstein-Barr, virus herpes simpleks) dapat terjadi
melalui penyebaran hematogen baik dari sumber terlokalisir atau
bakteremia/viremia generalisata. Setelah mencapai parenkim paru, bakteri
menyebabkan respons inflamasi akut yang meliputi eksudasi cairan, deposit
fibrin, dan infiltrasi leukosit polimorfonuklear di alveoli yang diikuti
infitrasi makrofag. Cairan eksudatif di alveoli menyebabkan konsolidasi lobaris
yang khas pada foto toraks. Virus, mikoplasma, dan klamidia menyebabkan
inflamasi dengan dominasi infiltrat mononuklear pada struktur submukosa dan
interstisial. Hal ini menyebabkan lepasnya sel-sel epitel ke dalam saluran
napas, seperti yang terjadi pada bronkiolitis (S. A. Price, 2005).
E.
Manifestasi Klinik
Secara umum dapat dibagi menjadi:
1. Manifestasi non spesifik infeksi dan toksisitas berupa demam
(39,5 ºC sampai 40,5 ºC). , sakit kepala, iritabel, gelisah, malaise, nafsu
makan kurang keluhan gastrointestinal.
2. Gejala umum saluran pernapasan bawah berupa batuk,
takipnuea (25 – 45 kali/menit), ekspektorasi sputum, nafas cuping hidung, sesak
napas, air hinger, merintih, sianosis. Anak yang lebih besar dengan pneumonia
akan lebih suka berbaring pada sisi yang sakit dengan lutut tertekuk karena
nyeri dada.
3. Tanda pneumonia berupa retraksi (penarikan dinding dada
bawah kedalam saat bernapas bersama dengan peningkatan frekuensi napas),
perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas melemah, dan ronki.
4. Tanda efusi pleura atau empiema, berupa gerak ekskusi
dada tertinggal di daerah efusi, perkusi pekak, fremitus melemah, suara napas
melemah, suara napas tubuler tepat di atas batas cairan, friction rup, nyeri
dada karena iritasi pleura (nyeri bekurang bila efusi bertambah dan berubah
menjadi nyeri tumpul), kaku duduk / meningimus (iritasi menigen tanpa
inflamasi) bila terdaat iritasi pleura lobus atas, nyeri abdomen (kadang
terjadi bila iritasi mengenai diafragma pada pneumonia lobus kanan bawah).
5. Pada neonatus dan bayi kecil tanda pneumonia tidak selalu
jelas. Efusi pleura pada bayi akan menimbulkan pekak perkusi.
6. Tanda infeksi ekstrapulmonal.
(Arif Mansjoer, dkk, 2001).
F.
Pathway
Jamur,
Virus, Bakteri, Protozoa
|
Masuk
Alveoli
|
Eksudat
dan serous masuk
alveoli
melalui pembuluh
darah
|
Penumpukan
cairan
dlm
alveoli
|
Gg
pertukaran gas
|
Peningkatan
suhu tubuh
|
SDM dan
Lekosit PMN mengisi alveoli
|
Lekosit
dan fibrin mengalami konsolidasi dalam paru
|
Konsolidasi
jaringan paru
|
Komliance
paru turun
|
Gangguan
pola nafas
|
Keringat
berlebihan
|
Resti
kekurangan vol. cairan
|
PMN
meningkat
|
Sputum
mengental
|
Bersihan
jalan nafas
|
Gg fungsi
otak
|
Kejang
|
Resti
injury
|
Gg fungsi
otak
|
Peningkatan suhu tubuh
|
Keringat
berlebihan
|
SDM dan
Lekosit PMN mengisi alveoli
|
Lekosit
dan fibrin mengalami konsolidasi dalam paru
|
Gg
pertukaran gas
|
G.
Pemeriksaan Penunjang
1. Sinar X: mengidentifikasikan distribusi
struktural (misal: lobar, bronchial); dapat juga menyatakan abses) luas
/infiltrasi, empiema (stapilococcos), infiltrasi menyebar atau terlokalisasi
(bakterial), atau penyebaran/ perluasan infiltrasi nodul (lebih sering virus).
Pada pneumonia mikoplasma, sinar x dada mungkin bersih.
2. GDA/nadi oksimetris : tidak
normal mungkin terjadi, tergantung pada luas paru yang terlibat dan penyakit
paru yang ada.
3. Pemeriksaan gram/kultur, sputum dan darah: untuk dapat
diambil biosi jarum, aspirasi transtrakea, bronkoskofi fiberobtik atau
biosi pembukaan paru untuk mengatasi organisme penyebeb. Lebih dari satu
organise ada : bekteri yang umum meliputi diplococcos pneumonia, stapilococcos,
aures A.-hemolik strepcoccos, hemophlus influenza : CMV. Catatan : keluar
sekutum tak dapat di identifikasikan semua organisme yang ada. Kultur darah
dapat menunjukan bakteremia semtara.
4. JDL : leokositosis biasanya ada, meskipun sel darah putih
rendah terjadi pada infeksi virus, kondisi tekanan imun seperti AIDS,
memungkinkan berkembangnya pneumonia bakterial.
5. Pemeriksaan serologi: mis, titer virus atau
legionella,aglutinin dingin. membantu dalam membedakan diagnosis organisme
khusus.
6. Pemeriksaan fungsi paru: volume mungkin menurun (kongesti
dan kolaps alveolar); tekanan jalan nafas mungkin meningkat dan komplain.
Mungkin terjadi perembesan (hipoksemia)
7. olit : Natrium dan Klorida mungkin rendah
8. Bilirubin : Mungkin meningkat.
9. Aspirasi perkutan / biopsi jaringan paru terbuka : dapat
menyatakan jaringan intra nuklear tipikal dan keterlibatan sitoplasmik (CMP ;
kareteristik sel rekayasa (rubela))
(Marlyn E. Dongoes, 1999, ASKEP)
H.
Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 L / menit
2. IVFD (Intra Venous Fluid Drug)/ (pemberian obat melalui
intra vena) dekstrose 10 % : NaCl 0,9 % = 3 : 1, + KCL 10 mEq / 500 ml cairan.
Jumlah cairan sesuai dengan berat badan, kenaikan suhu, dan status hidrasi.
3. Jika sesak tidak terlalu hebat, dapat dimulai dengan
makanan entral bertahap melalui selang nasogastrik dengan feding drip.
4. Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi
dengan salin normal dan beta agonis untuk memperbaiki transpormukosilier.
5. Koreksi gangguan keseimbangan asam - basa dan elektrolit.
6. Antibiotik sesuai hasil biakan atau berikan :
Untuk kasus pneumonia komuniti base:
1)
Ampicilin 100
mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
2)
Kloramfenicol
75 mg / kg BB / hari dalam 4 hari pemberian
Untuk kasus pneumonia hospital base
:
1)
Sevotaksim 100
mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian
2)
Amikasim 10 -
15 mg / kg BB / hari dalam 2 kali pemberian.
(Arif Mansjoer,
dkk, 2001).
I.
Komplikasi Pneumonia
Abses kulit, abses jaringan lunak,
otitis media, sinus sitis, meningitis pururental, perikarditis dan epiglotis
kaang ditemukan pada infeksi H. Influenzae tipe B (Arif Mansjoer, 2001).
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
dan Suddarth. 2001. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Vol 1. Penerbit Buku
Kedokteran EGC. Jakarta.
Doenges,
Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien Ed.3.EGC. Jakarta.
Charles,
J.Reeves, dkk. 2001. Buku 1 Keperawatan Medikal Bedah Ed. I. Salemba Medika.
Jakarta.
Price,
Sylvia Anderson. 2005. Patofisiologi: Konsep klinis proses-proses penyakit Ed.
6 Vol 2. EGC. Jakarta.
Slamet
suyono, dkk. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Ed.3. Balai Penerbit
FKUI. Jakarta.
0 comments:
Post a Comment