Search This Blog

Powered by Blogger.

LAPORAN PENDAHULUAN OKSIGENASI



LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERWATAN  PADA Tn’L DENGAN GANGGUAN PEMENUHAN OKSIGENASI



Ruang              : 307                           Nama Mahasiswa :
Tanggal           :07/02/2017                NIM                       :
Inisial pasien   : Tn’L”
Umur/No.Reg : 24 Tahun

1.DIAGNOSA MEDIS
  Craniotomi dan Trakeastomi
II. LANDASAN TEORI
    PENGERTIAN
Oksigenasi adalah proses penambahan oksigen O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika). Oksigenasi merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbon dioksida, energi, dan air. Akan tetapi penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.

A.      ETIOLOGI
Ada beberapa hal yang merupakan faktor predisposisi dan presipitasi timbulnya serangan asma bronkhial.
1.        Faktor predisposisi
a.        Genetik
Dimana yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui cara penurunannya yang jelas. Penderita dengan penyakit alergi biasanya mempunyai keluarga dekat juga menderita penyakit alergi. Karena adanya bakat alergi ini, penderita sangat mudah terkena penyakit asma bronkhial jika terpapar dengan foktorpencetus. Selain itu hipersentifisitas saluran pernafasannya juga bisa diturunkan.
2.        Faktor presipitasi
a.        Alergen
Dimana alergen dapat dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
1)      Inhalan, yang masuk melalui saluran pernapasan
contoh: debu, bulu binatang, serbuk bunga, spora jamur, bakteri dan polusi.
2)      Ingestan, yang masuk melalui mulut
contoh: makanan dan obat-obatan
3)      Kontaktan, yang masuk melalui kontak dengan kulit
contoh: perhiasan, logam dan jam tangan
b.        Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma. Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan asma. Kadang-kadang serangan berhubungan dengan musim, seperti: musim hujan, musim kemarau, musim bunga. Hal ini berhubungan dengan arah angin serbuk bunga dan debu.
c.        Stress
Stress/ gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma, selain itu juga bisa memperberat serangan asma yang sudah ada. Disamping gejala asma yang timbul harus segera diobati penderita asma yang mengalami stress/gangguanemosi perlu diberi nasehat untuk menyelesaikan masalah pribadinya. Karena jika stressnya belum diatasi maka gejala asmanya belum bisa diobati.
d.       Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma. Hal ini berkaitan dengan dimana dia bekerja. Misalnya orang yang bekerja dilaboratorium hewan, industri tekstil, pabrik asbes, polisi lalu lintas. Gejala ini membaik pada waktu libur atau cuti.
e.        Olah raga/ aktifitas jasmani yang berat
Sebagian besar penderita asma akan mendapat serangan jika melakukan aktifitas jasmani atau olah raga yang berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma karena aktifitas biasanya terjadi segera setelah selesai aktifitas tersebut.

B.       PATOFISIOLOGI
Fungsi paru mengalami kemunduran dengan datangnya usia tua yang disebabkan elastisitas jaringan paru dan dinding dada makin berkurang. Dalam usia yang lebih lanjut, kekuatan kontraksi otot pernapasan dapat berkurang sehingga sulit bernapas. Fungsi paru-paru menentukan konsumsi oksigen seseorang, yakni jumlah oksigen yang diikat oleh darah dalam paru-paru untuk digunakan tubuh. Konsumsi oksigen sangat erat hubungannya dengan arus darah ke paru-paru. Berkurangnya fungsi paru-paru juga disebabkan oleh berkurangnya fungsi sistem respirasi seperti fungsi ventilasi paru.
Faktor-faktor risiko tersebut diatas akan mendatangkan proses inflamasi bronkus dan juga menimbulkan kerusakan Pada dinding bronkiolus terminalis. Akibat dari kerusakan akan terjadi obstruksi bronkus kecil (bronkiolus terminalis), yang mengalami penutupan atau obstruksi awal fase ekspirasi. Udara yang mudah masuk ke alveoli pada saat inspirasi, pada saat ekspirasi banyak terjebak dalam alveolus dan terjadilah penumpukan udara (air trapping). Hal inilah yang menyebabkan adanya keluhan sesak napas dengan segala akibatnya. Adanya obstruksi pada awal ekspirasi akan menimbulkan kesulitan ekspirasi dan menimbulkan pemanjangan fase ekspirasi. Fungsi-fungsi paru: ventilasi, distribusi gas, difusi gas, maupun perfusi darah akan mengalami gangguan (Brannon, et al, 1993).

C.      Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala akan mengarah pada dua tipe pokok:
1.      Mempunyai gambaran klinik dominant kearah bronchitis kronis
2.      Mempunyai gambaran klinik kearah emfisema
Tanda dan gejalanya adalah sebagi berikut:
1.      Kelemahan badan
2.      Batuk
3.      Sesak napas
4.      Sesak napas saat aktivitas dan napas berbunyi
5.      Mengi atau wheeze
6.      Ekspirasi yang memanjang
7.      Bentuk dada tong (Barrel Chest) pada penyakit lanjut.
8.      Penggunaan otot bantu pernapasan
9.      Suara napas melemah
10.  Kadang ditemukan pernapasan paradoksal

D.      PENATALAKSANAAN
NO
DX
TUJUAN
NOC
INTERVENSI
NIC
EVALUASI
1
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama … x 24 jam diharapkan bersihan jalan napas efektif sesuai dengan kriteria:
-      Memiliki RR dalam batas normal
-      Memiliki irama pernafasan yang normal
-      Mampu mengeluarkan sputum dari jalan nafas
-      Bebas dari suara nafas tambahan
-     Tentukan kebutuhansuction oral dan atau trakheal
-      Auskultasi suara nafas sesudah dan sebelum melakukan suction
-      Informasikan kepada klien dan keluarga tentang suction
-      Perhatikan tipe dan jumlah sekresi yang dikumpulkan
S: pasien mengatakan tidak susah lagi dalam bernafas dan tidak ada lagi secret yang mengganggu
O: pernafasan pasien  mulai stabil
A: Dxketidakefektifan jalan nafas (dilanjutkan)
P: lanjutkan intervensi
2
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama….X24 jam diharapkan pola napas efektif dengan kriteria :
-           Memiliki RR dalam batas normal
-           Mampu inspirasi dalam
-           Memiliki dada yang mengembang secara simetris
-           Dapat bernafas dengan mudah
-           Tidak menggunakan otot-otot tambahan dalam bernafas
-           Tidak mengalami dispnea

-     Monitor rata-rata, irama, kedalaman dan usaha respirasi
-     Perhatikan pergerakan dada, amati kesemetrisan, penggunaan oto-otot aksesoris, dan retraksi otot supraklavikuler dan interkostal
-     Monitor respirasi yang berbunyi, seperti mendengkur
-     Monitor pola pernafasan: bradipneu, takipneu dan hiperventilasi
-     Perhatikan lokasi trakea
-     Monitor peningkatan ketidakmampuan istirahat, kecemasan, dan haus udara.
S: pasien mengatakan sesaknya berkurang
O: ritme nafas klien normal, tidak adanya penggunaan otot bantu pernafasan
A: Dxketidakefektifan pola nafas (dilanjutkan)
P: lanjutkan intervensi
3
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ….X 24 jam diharapkan pertukaran gas baik dengan kriteria :
-      Dapat bernafas dengan mudah
-      Tidak mengalami dispnea
-      Tidak mengalami sianosis
-      Tidak mengalami somnolen
-      Memiliki perfusi ventilasi yang seimbang
-     Posisikan klien untuk memaksimalkan potensi ventilasinya.
-     Identifikasi kebutuhan klien akan insersi jalan nafas baik aktual maupun potensial.
-     Lakukan terapi fisik dada
-     Auskultasi suara nafas, tandai area penurunan atau hilangnya ventilasi dan adanya bunyi tambahan
-     Monitor status pernafasan dan oksigenasi, sesuai kebutuhan
S: pasien tidak kesulitan dalam bernafas
O: tidak adanya sianosis,
tidak adanya dyspnea, tidak adanya bunyi nafas tambahan
A: Dx gangguan pertukaran gas (teratasi)
P: intervensi dihentikan

E.       PENGKAJIAN
1.         Pengkajian
a.    Identitas
Identitas pasien, mencakup:
·         Nama
·         Alamat
·         Umur
·         Status
·         Agama
·         Suku bangsa
·         Pendidikan
·         Pekerjaan
·         Tempat/tanggal lahir
·         No. CM
·         Diagnose medis


Identiras Penanggung jawab :
·         Nama
·         Alamat
·         Tempat/tanggal lahir
·         Status
·         Agama
·         Suku bangsa/bangsa
·         Pendidikan
·         Pekerjaan
·         Hubungan dangan pasien
b.   Riwayat Kesehatan
1)        Keluhan utama
Yang biasa muncul pada pasien dengan ganguan siklus O2 dan CO2 antara lain: batuk, peningkatan produksi sputum, dipsnea, hemoptisis, wheezing, stridor, dan nyeri dada.
Batuk (Cough)
Yang perlu dikaji yaitu lamanya, bagaimana timbulnya, hubungannya dengan aktivitas, adanya sputum atau dahak.
Peningkatan produksi sputum; meliputi warna, konsistensi, bau, jumlah karena hal itu menunjukkan keadaan dari proses patologis. Jika ada infeksi sputum akan berwarna kuning atau hijau, putih atau kelabu, dan jernih. Jika edema paru, sputum berwarna merah muda karena mengandung darah dalam jumlah yang banyak.
Dipsnea
Merupakan persepsi kesulitan bernapas/ napas pendek dan sebagai perasaan subjektif pasien. Yang perlu dikaji, apakah pasien sesak saat berjalan, dll.
Hemoptisis
Yaitu darah yang keluar melalui mulut saat batuk. Keadaan ini biasanya menandakan adanya kelainan berupa bronchitis kronis, bronkhiektasis, TB-paru, cystic fibrosis, upper airway necrotizing granuloma, emboli paru, pneumonia, kanker paru, dan abses paru.
Chest pain
Nyeri dada bisa berkaitan dengan masalah jantung seperti gangguan konduksi (disritmia), perubahan kardiak output, kerusakan fungsi katup, atau infark, dll. Paru tidak memiliki saraf yang sensitive terhadap nyeri tapi saraf itu dimiliki oleh iga, otot, pleura parietal, dan percabangan trakheobronkhial.
2)        Riwayat kesehatan sekarang
a)      Waktu terjadinya sakit
-          Berapa lama sudah terjadinya sakit
b)      Proses terjadinya sakit
-          Kapan mulai terjadinya sakit
-          Bagaimana sakit itu mulai terjadi
c)      Upaya yang telah dilakukan
-          Selama sakit sudah berobat kemana
-          Obat-obatan yang pernah dikonsumsi
d)     Hasil pemeriksaan sementara / sekarang
-          TTV meliputi tekanan darah, suhu, respiratorik rate, dan nadi
-          Adanya patofisiologi lain seperti saat diauskultasi adanya ronky, wheezing.
3)        Riwayat kesehatan terdahulu
a)      Riwayat merokok, yaitu sebagi penyebab utama kanker paru – paru, emfisema, dan bronchitis kronis. Anamnesa harus mencakup:
-          Usia mulai merokok secara rutin
-          Rata – rata jumlah rokok yang dihisap setiap hari.
-          Usai menghentikan kebiasaan merokok.
b)      Pengobatan saat ini dan masa lalu
c)      Alergi
d)     Tempat tinggal


4)        Riwayat kesehatan keluarga
Tujuan pengkajian ini:
a.       Penyakit infeksi tertentu seperti TBC ditularkan melalui orang ke orang.
b.      Kelainan alergi seperti asma bronchial, menujukkan suatu predisposisi keturunan tertentu. Asma bisa juga terjadi akibat konflik keluarga.
c.       Pasien bronchitis kronis mungkin bermukim di daerah yang tingkat polusi udaranya tinggi. Polusi ini bukan sebagai penyebab timbulnya penyakit tapi bisa memperberat.
5)        Genogram
6)        Riwayat kesehatan lingkungan.

F.       DIAGNOSA  KEPERAWATAN
Diagnosa 1:
Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronkhokonstriksi,  bronkhospasme ditandai dengan sekresi mucus yang kental, adanya wheezing,RR meningkat (lebih dari 22x/mnt), HR meningkat (lebih dari 100x/mnt), napas dangkal dan cepat, menggunakan otot bantu napas.
Tujuan :
·         Bersihan jalan napas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama ….x 24 jam
Kriteria Hasil:
·         Klien dapat mendemonstrasikan batuk efektif
·         Tidak ada suara nafas tambahan dan wheezing
·         Pernapasan klien normal ( 16 -20 x /menit) tanpa adanya pengguanaan otot bantu napas.
·         Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
Intervensi:
a.       Mandiri :
1.)        Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.
2.)        Kaji Warna, kekentalan dan jumlah sputum
Rasional :karekteristik sputum dapat menunjukkan  barat ringannya obstruksi.
3.)        Atur posisi semifowler
Rasional : posisi semi fowler meningkatkan ekspansi paru.
4.)        Ajarkan cara batuk efektif dan terkontrol
Rasional : batuk yang terkontrol dan efektif  dapat memudahkan pengeluaran secret yang melekat dijalan napas.
5.)        Bantu klien latihan napas dalam.
Rasional : ventilasi maksimal membuka lumen jalan nafas dan meningkatkan gerakan secret kedalam jalan nafas besar untuk dikeluarkan.
6.)        Pertahankan intake cairan sedikitnya 2500 ml/hari kecuali tidak diindikasikan
Rasional :Hidrasi yang adekuat membantu mengencerkan secret dan mengefektifkan pembersihan jalan nafas.
7.)        Lakukan fisioterapi dada dengan teknik postural dranase, perkusi,fibrasi dada.
Rasional : fisioterapi  dada merupakan strategi untuk mengeluarkan secret.
b.      Kolaborasi :
1.)        Kolaborasi pemberian obat bronkodilator
Rasional : Pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area broncus yang mengalami spasme sehingga lebih cepat berdilatasi.
2.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian obat agen mukolitik dan ekspektoran
Rasional : agen mukolitik menurunkan kekentalan dan perlengketan secret paru untuk memudahkan pembersihan. Agen ekspektoran akan memudahkan secret lepas dari perlengketan jalan napas.

3.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian obat kortikostiroid.
Rasional :kortikosteroid berguna pada keterlibatan luas dengan hipoksemia dan menurunkan reaksi inflamasi akibat edema mukosa dan dinding bronkus.

Diagnosa 2
Pola  napas tidak efektif berhubungan dengan penurunan energy/kelelahan di tandai dengan sesak napas, takipnea, orthopnea, tarikan interkostal/penggunaan otot napas tambahan untuk bernapas, napas pendek, napas pursed-lip.
Tujuan:
Pola nafas kembali efektif setelah di lakukan tindakan keperawatan selama … x 24
KriteriHasil :
·         pernapasan klien normal (16-20x/menit) tanpa adanya penggunaan otot bantu napas.
·         Tidak terdapat suara nafas tambahan atau wheezing.
·         Status tanda vital dalam batas normal.
·         nadi 60 - 100x /menit
·         RR 16-20 x/mnt
·         Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi pernapasan.
Intervensi:
a.       Mandiri :
1.)        Posisikan pasien untuk mengoptimalkan pernapasan ( posisi semi fowler)
Rasional : posisi semi fowler dapat memberikan kesempatan pada proses ekspirasi paru.
2.)        Pantau kecepatan, irama, kedalaman pernapasan dan usaha respirasi.
Rasional : Memantau pola pernafasan  harus dilakukan terutama  pada klien dengan gangguan pernafasan .
3.)        Perhatikan pergerakan dada , amati kesimetrisan, penggunaan otot-otot bantu napas, serta retraksi otot supraklavikular dan interkostal.
Rasional : melakukan pemeriksaan fisik pada paru dapat mengetahui kelainan yang terjadi pada klien .
4.)        Auskultasi bunyi napas, perhatikan area penurunan / tidak adanya ventilasi dan adanya bunyi napas tambahan.
Rasional : Adanya bunyi napas tambahan mengidentifikasikan  adanya  gangguan pada pernapasan.
5.)        Pantau peningkatan kegelisahan, ansietas, dan tersengal-sengal.
Rasional :Ansietas dapat memicu pola pernapasan seseorang.
6.)        Anjurkan napas dalam melalui abdomen selama periode distress pernapasan
Rasional : Teknik distraksi dapat merileksasikan otot –otot pernapasan.
b.      Kolaborasi :
1.)        Kolaborasi dengan dokter pemberian bronkodilator.
Rasional : pemberian bronkodilator via inhalasi akan langsung menuju area bronkus yang mengalami spasme sehingga  lebih cepat berdilatasi.

Diagnosa 3
Pertukaran gas berhubungan dengan kelelahan otot respiratory ditandai dengan dispnea, peningkatanPCO2, peningkatan penggunaan otot bantu napas
Tujuan :
Pertukaran gas kembali efektif setelah dilakukan tindakan keperawatan selama…x24 jam.
Kriteria Hasil :
·        Klien dapat mendemonstrasikan teknik relaksasi dalam pernapasan.
·        Frekuensi napas 16-20 x /menit dan tidak sesak napas
·        Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·        Kulit tidak pucat ( PaO2 kurang dari 50 mm Hg.PaCO2 lebih dari 50 mm Hg dan PH 7,35-7,40 )
·        Saturasi  oksigen dalam darah lebih dari 90%             

Intervensi:
a.       Mandiri
1.)        Pantau status pernapasan tiap 4 jam,hasilGDA,intake dan output.
Rasional : untuk mengindenfikasi indikasi ke arah kemajuan atau penyimpangan dari hasil klien.
2.)        Tempatkan klien  pada posisi semi fowler
Rasional: posisi tegak memungkinkan ekspansi paru lebih baik.
3.)        Berikan pengobatan  yang telah ditentukan serta amati bila ada tanda-tanda toksisitas.
Rasional : pengobatan untuk mengembalikan kondisi bronchus seperti kondisi sebelumnya.
4.)        Tingkatkan aktifitas secara bertahap, jelaskan bahwa fungsi pernapasan akan meningkat dengan aktivitas.
Rasional : Mengoptimalkan fungsi paru sesuai dengan kemampuan aktivitas individu.
b.      Kolaborasi:
1.)        Berikan terapi intravem sesuai anjuran (kolaborasi dengan dokter)
Rasional : Untuk memungkinkan dehidrasi yang cepat  dan tepat mengikuti keadaan vaskuler untuk pemberian obat-obat darurat.
2.)        Berikan oksigen melalui kanula nasal 4 L/menit selanjutnya sesuaikan dengan hasil PaO2.
Rasional : pemberian oksigen mengurangi beban otot-otot pernafasan.

Diagnosa 4:
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara kebutuhan dan suplai oksigen ditandai dengan kelelahan, dispnea, sianosis
Tujuan :
Dalam waktu …x24 jam setelah diberikan intervensi klien dapat melakukan aktivitas sesuai kebutuhan .
Kriteria hasil :
·                Klien dapat beraktivitas sesuai kebutuhannya
·                Pernapasan klien normal (16-20 x/menit) dan tidak sesak napas
·                Frekuensi nadi 60-120 x /menit.
·                Klien dapat mendemonstrasikan teknik distraksi yang diajarkan
Intervensi:
a.       Mandiri
1.)        Jelaskan aktivitas dan factor ysng dapat meningkatkan kebutuhan oksigen
Rasional : merokok ,suhu ekstrem dan stress menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah dan meningkatkan beban jantung .
2.)        Ajarkan progam relaksasi
Rasional : mempertahankan, memperbaiki  pola nafas teratur .
3.)        Buat jadwal aktivitas harian ,tingkatkan secara bertahap.
Rasional :mepertahankan pernapasan lambat dengan tetap memperhatikan latihan fisik memungkinkan peningkatan kemampuan otot bantu pernapasan
4.)        Ajarkan teknik napas efektif.
Rasional : meningkatkan  oksigenasi tanpa mengorbankan banyak energi .
5.)        Pertahan kan terapi oksigen tambahan .
Rasional : mempertahankan, memperbaiki dan meningkatkan konsentrasi oksigen darah.
6.)        Kaji respon abnormal setelah aktivitas.
Rasional : respon abnormal meliputi nadi , tekanan darah , dan pernafasan yang meningkat .
7.)        Beri waktu istirahat yang cukup.
Rasional :  meningkatkan daya tahan klien, mencegah kelelahan .
b.      Kolaborasi :
1)            Kolaborasikan dengan fisioterapi untuk melakukan latihan /aktivitas harian sesuai jadwal.
Rasional: latihan/aktivitas harian memungkinkan kemampuan otot bantu nafas


DAFTAR PUSTAKA

Caepenito Lynda Juall (1997) Buku Saku Diagnosa Keperawatan, alih bahasa: Yasmin Asih, edisi 6, Jakarta: EGC

Darmojo; Martono (1999) Buku Ajar Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut),  Jakarta : Badai Penerbit FKUI

Doenges, Marilynn E. (1999) Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman untuk Perencanaan dan Pendokumentasian Pasien, alih bahasa: I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati, edisi 3, Jakarta: EGC

Long Barbara C. (1996) Perawatan medical Bedah Suatu pendekatan Proses keperawatan, alih bahasa: Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran Bandung, Bandung.

Price Sylvia Anderson (1997) Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, alih bahasa: Peter Anugerah, Buku Kedua, edisi 4, Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. (2001) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC





  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 comments:

Post a Comment