LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN
PASIEN DENGAN GANGGUAN PERSONAL HYGIENE
A. Definisi
Personal Hygiene
Personal Hygiene berasal dari bahasa Yunani yaitu
personal yang artinya perorangan dan hygiene berarti sehat. Jadi personal
hygiene merupakan suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan
seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis. Perawatan diri adalah salah
satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi kebutuhan guna mempertahankan
kehidupannya, kesehatan, kesejahteraan, sesuai dengan kondisi kesehatan, klien
dinyatakan terganggu keperawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan
diri (Depkes 2000).
Ukuran kebersihan atau penampilan seseorang dalam
pemenuhan kebutuhan Personal Hygiene berbeda pada setiap orang sakit karena
terjadi gangguan pemenuhan kebutuhan. Perawat dapat memberikan
informasi-informasi tentang personal hygiene yang lebih baik terkait dengan
waktu atau frekuensi aktifitas, dan cara yang benar dalam melakukan perawatan
diri.
B. Epidemologi
Pemenuhan
kebutuhan personal hygine biasanya menyangkut tentang kebutuhan untuk
kebersihan diri secara mandiri. Gangguan pada personal hygine dapat terjadi
pada semua tingkat umur. Pasien yang tidak bisa bangun sendiri atau hanya tidur
dirumah sakit biasanya yang mengalami gangguan personal hygine.
C. Etiologi
1. Gangguan
kognitif
2. Penurunan
motivasi
3. Kendala
lingkungan (ketidaksediaan sarana dan prasarana)
4. Ketidaknyamanan
merasakan hubungan spasial
5. Ansietas
6. Kelemahan
D. Faktor
Predisposisi
Menurut Potter dan
Perry (2005), sikap seseorang melakukan personal hygiene dipengaruhi oleh
sejumlah faktor antara lain:
1. Citra
Tubuh
Penampilan umum klien
dapat menggambarkan pentinya hygiene pada orang tersebut. Citra tubuh merupakan
konsep subjektif seseorang tentang penampilan fisiknya. Citra tubuh ini dapat
sering berubah. Citra tubuh mempengaruhi cara mempertahankan hygiene.
2. Praktik
sosial.
Kelompok-kelompok sosial
wadah seorang klien berhubungan dapat mempengaruhi praktik hygiene pribadi.
Selama masa kanak-kanak, kanak-kanak mendapatkan praktik hygiene dari orang tua
mereka.
3. Status
sosio-ekonomi
Sumber daya ekonomi
seeorang mempengruhi jenis dan tingkat praktik kebersihan yang digunakan.
Perawat harus menentukan apakah klien dapat menyediakan bahan-bahan yang
penting seperti deodorant, sampo, pasta gigi dan kometik. Perawat juga harus
menentukan jika penggunaan produk-produk ini merupakan bagian dari kebiasaan sosial
yang dipraktikkan oleh kelompok sosial klien.
4. Pengetahuan
Pengtahuan tentang
pentingnya hygiene dan implikasinya bagi kesehatan mempengaruhi praktik
hygiene. Kendati demikian, pengetahuan itu sendiri tidaklah cukup. Klien juga
harus termotivasi untuk memelihara perawatan-diri. Seringkali, pembelajaran
tentang penyakit atau kondisi mendorong klien untuk meningkatkan hygiene.
Pembelajaran praktik tertentu yang diharapkan dan menguntungkan dalam mngurangi
resiko kesehatan dapat memotifasi seeorang untuk memenuhi perawatan yang perlu.
5. Variable
Kebudayaan
Kepercayaan
kebudayaan klien dan nilai pribadi mempengaruhi perawatan hygiene. Orang dari
latar kebudayaan yang berbeda mengikuti praktik keperawatan diri yang berbeda
pula. Di asia kebersihan dipandang penting bagi kesehatan.
6. Pilihan
pribadi
Setiap klien memiliki
keinginan individu dan pilihan tentang kapan untuk mandi, bercukur, dan melakukan
perawatan rambut . klien memilih produk yang berbeda (mis. Sabun, sampo,
deodorant, dan pasta gigi) menurut pilihan pribadi.
7. Kondisi
Fisik.
Orang
yang menderita penyakit tertentu (mis. Kanker tahap lanjut) atau menjalani
operasi sering kali kekurangan energi fisik atau ketangkasan untuk melakukan
hygiene pribadi.
E. Patofisiologis
Pengaturan
kegiatan sehari-hari seseorang meningkat kualitas seseorang sehingga
permasalahan-permasalahan yang tadinya terjadi dapat berangsur-angsur
berkurang.
F. Tanda
dan Gejala
Adapun gejala klinis dari personal hygiene adalah sebagai berikut :
1. Kulit kepala kotor dan rambut kusam, acak-acakan
2. Hidung kotor dan telinga juga kotor
3. Gigi kotor disertai mulut bau
4. Kulit panjang dan tidak terawatt
5. Kuku panjang-panjang dan tidak terawat
6. Badan kotor dan pakaian kotor
7.
Penampilan tidak rapi
G. Pemeriksaan
Fisik
1. Rambut
a. Amati kondisi rambut.
b. Keadan rambut yang mudah rontok.
c. Keadaan rambut yang kusam.
d. Tekstur rambut.
2.
Kepala
a. Amati dengan benar kebersihan kulit kepala
b. Normosepal
c. Ketombe
d. Berkutu
e. Kebersihan
f. Apakah ada nyeri tekan
3.
Mata
a. Apakah mata kanan dan kiri simetris
b. Konjungtiva ananemis
c. Sclera aninterik
d. Seklera pada kelopak mata
4.
Hidung
a. Apakah pilek
b. Apakah ada perubahan penciuman
c. Kebersihan hidung
d. Keadaan membrana mukosa apakah ada septum deviasi
5.
Mulut
a. Keadaan mukosa mulut
b. Kelembapan
c. Adanya lesi
d. Kebersihan
6.
Gigi
a. Amati
kondisi mukosa mulut dan kelembaban mulut
b. Apakah
ada karang gigi
c. Apakah
ada carries
d. Kebersihan.
7.
Telinga
a. Amati
telinga kanan kiri apa simetris
b. Apakah
ada lesi
c. Perhatikan
adanya serumen atau kotoran pada telinga.
8. Kulit
a. Amati
kondisi kulit (tekstur, turgon, kelembaban)
b. Apakah
ada lesi
c. Apakah
ada luka.
9.
Kuku, Tangan, dan Kaki
a. Amati
kebersihan kuku
b. Perhatikan
adanya luka
10.
Tubuh secara umum
a. Amati
kondisi dan kebersihan badan secara umum.
b. Perhatikan
adanya klainan pada kulit pasien.
H. Prognosis
Rentan
terhadap penyakit karena kuman-kuman menumpuk di badan yang merupakan sumber
penyakit. Kurang percaya diri akibat timbul bau badan yang menyengat dari
metabolisme kuman.
I. Terapi
1. Meningkatkan
kesadaran dan percaya diri klien.
2. Ciptakan
lingkungan yang mendukung.
3. Sikap
keluarga.
4. Membantu
klien untuk melakukan perawatan diri.
J. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan dengan melakukan perawatan pada
kulit yang mengalami atau beresiko
terjadi kerusakan jaringan lebih lanjut khususnya pada daerah yang mengalami
tekanan (tonjolan). Dengan tujuan mencegah dan mengatasi terjadinya luka
dekubitus akibat tekanan lama dan tidak hilang. Tindakan keperawatan pada
pasien dengan cara mencuci dan menyisir rambut. Tujuannya adalah membersihkan
kuman yang ada pada kulit kepala, menambah rasa nyaman, membasmi kutu atau
ketombe yang melekat pada kulit dan memperlancar sistem peredaran darah di
bawah kulit. Tindakan keperawatan pada pasien dengan cara membersihkan dan
menyikat gigi dan mulut secara teratur. Tujuan perawatan ini mencegah infeksi
pada mulut akibat kerusakan pada daerah gigi dan mulut, membantu menambah nafsu
makan dan menjaga kebersihan gigi dan mulut. Tindakan keperawatan pada pasien
yang tidak mampu merawat kuku secara sendiri. Tujuannya adalah menjaga
kebersihan kuku dan mencegah timbulnya luka atau infeksi akibat garukan dari
kuku.
KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Identitas
meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat pendidikan, agama, pekerjaan,
tanggal MRS, No registrasi, dll.
2. Keluhan
utama
3. Riwayat
keperawatan
a.
Faktor yang mempengaruhi personal hygine
b.
Pola kebersihan tubuh
c.
Kebiasaan personal hygine (mandi, oral care, perawatan kuku
dan kaki, perawatan rambut, mata, hidung dan telinga).
4. Pemeriksaan
fisik
a.
Catat perubahan-perubahan pada area membran mukosa, kulit,
mulut, hidung, telinga, kuku, kaki, dan rambut akibat terapi.
b.
Lakukan insfeksi dan palpasi, catat adanya lesi dan kondisi
lesi.
c.
Observasi kondisi membran mukosa, kulit, mulut, hidung,
telinga, kuku, kaki, dan
rambut : warna, tekstur, turgon.
5. Data
DS
(data subyektif) :
a.
Malas beraktivitas
b.
Intraksi kurang
c.
Kegiatan kurang
d.
Pasien merasa lemah.
DO
(data obyektif) :
a.
Badan dan pakaian kotor
b.
Rambut kotor
c.
Mulut dan gigi bau
d.
Kulit kusam dan kotor
e.
Kuku kotor
B.
Diagnosa Keperawatan yang mungkin akan muncul
1. Ketidakmampuan
mengambil perlengkapan mandi berhubungan dengan kelemahan fisik.
C.
Intervensi
Hari/tgl
|
No DX
|
Tujuan & KH
|
intervensi
|
Rasional
|
-
|
1.
|
Setelah
diberikan asuhan keperawatan selama…..x….. jam diharapkan pasien dapat
melakukan aktifitas sesuai dengan yang dapat ditoleransi dengan Kriteria
hasil :
-
Pasien koperatif dalam perawatan diri.
-
Kebutuhan perawatan diri terpenuhi
-
Aktivitas terpenuhi tanpa bantu atau dengan mandiri
|
1.
Kaji faktor penyebab terjadinya defisit/ kelemahan
2.
Kaji kemampuan klien untuk menggunakan alat bantu
3.
Bantu klien dalam kebersihan badan misalnya kebersihan
mulut, mandi, dan rambut.
4.
Atur posisi pasien setiap 3 jam
5.
Anjurkan pasien untuk beraktifitas
6.
Ajarkan keluarga pasien untuk melakukan perawatan diri
untuk merawat seperti: mandi, keramas dan gosok gigi.
7.
Kolaborasi dengan ahli fisioterapi dalam pemberian terapi
kepada pasien.
|
1.
Mengetahui penyebab faktor defisit perawatan diri pada
klien dan menentukan intervensi selanjutnya .
2.
Mengetahui kemampuan klien dalam melakukan personal
hygiene tanpa alat bantu
3.
Untuk memberikan rasa nyaman pada pasien
4.
Meminimalisir terjadinya dekubitus pada pasien
5.
Memberikan kemampuan untuk mengeluarkan energi
6.
Mengajarkan kepada keluarga pasien di rumah.
7.
Menentukan terapi yang cocok diberikan ke pasien.
|
D.
Implementasi
Implementasi sesuai dengan intervensi.
E.
Evaluasi
1. Pasien
koperatif dalam perawatan diri.
2. Kebutuhan
perawatan diri terpenuhi.
3. Aktivitas
terpenuhi tanpa bantu atau dengan mandiri.
DAFTAR PUSTAKA
Dwi Widiarti. 2010. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Musrifatul Uliyah. 2012. Buku Ajar Kebutuhan Manusia edisi 1. Surabaya:
Health-Books Publishing.
Nanda Internasional 2013. Diagnosa keperawatan Definisi dan
klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC.
Perry
& Potter. 2005. Fundamental
keperawatan edisi 4, volume 1. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Tarwoto, Wartona. 2002. Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.
0 comments:
Post a Comment