LAPORAN PENDAHULUAN
SECTIO CAESARIA (SC)
Ruang :
R. Segara Anak
Tanggal :
09 Februari 2017
Inisial pasien : Ny. N
Umur/No. Reg : 37 tahun/ 58-87-40
|
Nama Mahasiswa :
NIM :
|
A.
DEFINISI
Sectio caesaria adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan
melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat
rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram (Sarwono, 2009).
Sectio Caesaria ialah tindakan untuk melahirkan janin dengan
berat badan diatas 500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh
(Gulardi & Wiknjosastro, 2006).
Sectio caesaria adalah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding perut dan dinding rahim (Mansjoer, 2002).
B.
JENIS – JENIS
1. Sectio cesaria transperitonealis
profunda
Sectio
cesaria transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah uterus. insisi
pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang. Keunggulan
pembedahan ini adalah:
a.
Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b.
Bahaya peritonitis tidak besar.
c.
Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak
seberapa banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
2. Sectio cacaria klasik atau section
cecaria korporal
Pada
cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan ini yang agak
mudah dilakukan,hanya di selenggarakan apabila ada halangan untuk melakukan
section cacaria transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen atas
uterus.
3. Sectio cacaria ekstra peritoneal
Section
cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi bahaya injeksi
perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap injeksi pembedahan ini
sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan
pada pasien infeksi uterin berat.
4. Section cesaria Hysteroctomi
Setelah
sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi:
a.
Atonia uteri
b.
Plasenta accrete
c.
Myoma uteri
d.
Infeksi intra uteri berat
C.
ETIOLOGI
Manuaba
(2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur uteri iminen,
perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi dari janin adalah
fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram. Dari beberapa faktor sectio
caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab sectio caesarea sebagai
berikut:
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo
Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu tidak sesuai
dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan ibu tidak dapat
melahirkan secara alami. Tulang-tulang panggul merupakan susunan beberapa
tulang yang membentuk rongga panggul yang merupakan jalan yang harus dilalui
oleh janin ketika akan lahir secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan
kelainan atau panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses
persalinan alami sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis
tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran-ukuran
bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre-Eklamsi Berat)
Pre-eklamsi
dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung disebabkan oleh
kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah perdarahan dan infeksi,
pre-eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab kematian maternal dan perinatal
paling penting dalam ilmu kebidanan. Karena itu diagnosa dini amatlah penting,
yaitu mampu mengenali dan mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban
pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda persalinan dan
ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar ketuban pecah dini
adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak
selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena kelahiran kembar
memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu
bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak
lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya
gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya
pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek
dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Kelainan pada letak kepala
1) Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya bundar,
anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.
2) Presentasi muka
Letak
kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah
ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.
3) Presentasi dahi
Posisi
kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi terendah dan tetap
paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya dengan sendirinya akan berubah
menjadi letak muka atau letak belakang kepala.
b. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak memanjang
dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di bagian bawah kavum uteri.
Dikenal beberapa jenis letak sungsang, yakni presentasi bokong, presentasi
bokong kaki, sempurna, presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi
kaki (Saifuddin, 2002).
D.
PATOFISIOLOGI
SC merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan berat di
atas 500 gr dengan sayatan pada dinding uterus yang masih utuh. Indikasi
dilakukan tindakan ini yaitu distorsi kepala panggul, disfungsi uterus,
distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu. Sedangkan untuk janin
adalah gawat janin. Janin besar dan letak lintang setelah dilakukan SC ibu akan
mengalami adaptasi post partum baik dari aspek kognitif berupa kurang
pengetahuan. Akibat kurang informasi dan dari aspek fisiologis yaitu produk
oxsitosin yang tidak adekuat akan mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit,
luka dari insisi akan menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu
diberikan antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.
Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi
bisa bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak pengaruhnya
terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-kadang bayi lahir
dalam keadaan upnoe yang tidak dapat diatasi dengan mudah. Akibatnya janin bisa
mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi ibu sendiri yaitu terhadap tonus
uteri berupa atonia uteri sehingga darah banyak yang keluar. Untuk pengaruh
terhadap nafas yaitu jalan nafas yang tidak efektif akibat sekret yan berlebihan
karena kerja otot nafas silia yang menutup. Anestesi ini juga mempengaruhi
saluran pencernaan dengan menurunkan mobilitas usus.
Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung
akan terjadi proses penghancuran dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat dari
mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan yang ada di
lambung akan menumpuk dan karena reflek untuk batuk juga menurun. Maka pasien
sangat beresiko terhadap aspirasi sehingga perlu dipasang pipa endotracheal.
Selain itu motilitas yang menurun juga berakibat pada perubahan pola eliminasi
yaitu konstipasi.
(Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002)
E.
PATHWAY SC
F. PENATALAKSANAAN
1.
Bedah Caesar Klasik/ Corporal.
a.
Buatlah insisi membujur secara tajam dengan pisau pada
garis tengah korpus uteri diatas segmen bawah rahim. Perlebar insisi
dengan gunting sampai sepanjang kurang lebih 12 cm saat menggunting lindungi
janin dengan dua jari operator.
b.
Setelah cavum uteri terbuka kulit
ketuban dipecah. Janin dilahirkan dengan meluncurkan kepala janin keluar
melalui irisan tersebut.
c. Setelah janin lahir sepenuhnya tali pusat diklem ( dua
tempat) dan dipotong diantara kedua klem tersebut.
d. Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera
disuntikkan uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
e.
Luka insisi
dinding uterus dijahit kembali dengan cara :
1)
Lapisan I
Miometrium
tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan benang
chromic catgut no.1 dan 2
2)
Lapisan II
lapisan
miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan benang
yang sama.
3)
Lapisan III
Dilakukan
reperitonealisasi dengan cara peritoneum dijahit secara jelujur menggunakan
benang plain catgut no.1 dan 2
f. Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga perut dari
sisa-sisa darah dan air ketuban
g.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
2.
Bedah Caesar Transperitoneal Profunda
a.
Plika vesikouterina diatas segmen bawah rahim dilepaskan
secara melintang, kemudian secar tumpul disisihkan kearah bawah dan samping.
b.
Buat insisi secara tajam dengan pisau pada segmen bawah
rahim kurang lebih 1 cm dibawah irisan plika vesikouterina. Irisan kemudian diperlebar
dengan gunting sampai kurang lebih sepanjang 12 cm saat menggunting lindungi
janin dengan dua jari operator.
c.
Setelah cavum uteri terbuka kulit ketuban dipecah dan janin
dilahirkan dengan cara meluncurkan kepala janin melalui irisan tersebut.
d.
Badan janin dilahirkan dengan mengaitkan kedua ketiaknya.
e.
Setelah janin dilahirkan seluruhnya tali pusat diklem ( dua
tempat) dan dipotong diantara kedua klem tersebut.
f.
Plasenta dilahirkan secara manual kemudian segera
disuntikkan uterotonika kedalam miometrium dan intravena.
g.
Luka insisi dinding uterus dijahit
kembali dengan cara :
1)
Lapisan I
Miometrium
tepat diatas endometrium dijahit secara silang dengan menggunakan benang
chromic catgut no.1 dan 2
2)
Lapisan II
Lapisan
miometrium diatasnya dijahit secara kasur horizontal (lambert) dengan benang
yang sama.
3)
Lapisan III
Peritoneum
plika vesikouterina dijahit secara jelujur menggunakan benang plain
catgut no.1 dan 2
h.
Eksplorasi kedua adneksa dan bersihkan rongga
perut dari sisa-sisa darah dan air ketuban
i.
Dinding abdomen dijahit lapis demi lapis.
3.
Bedah Caesar Ekstraperitoneal
a.
Dinding perut diiris hanya sampai pada peritoneum.
Peritoneum kemudia digeser kekranial agar terbebas dari dinding cranial vesika
urinaria.
b.
Segmen bawah rahim diris melintang seperti pada bedah Caesar
transperitoneal profunda demikian juga cara menutupnya.
4.
Histerektomi Caersarian ( Caesarian Hysterectomy)
a.
Irisan uterus dilakukan seperti pada bedah Caesar
klasik/corporal demikian juga cara melahirkan janinnya.
Download disini
0 comments:
Post a Comment