LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN
DENGAN GANGGUAN TERMOREGULASI
A.
Definisi
Termoregulasi
adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai keseimbangan produksi
panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara
konstan.
Keseimbangan suhu tubuh diregulasi oleh mekanisme fisiologis dan prilaku.
Agar suhu tubuh tetap konstan dan berada dalam batasan normal, hubungan antara
prodksi panas dan pengeluaran panas harus dipertahankan. Hubungan diregulasi
melalui mekanisme neurologis dan kardiovaskular. Perawat menerapkan pengetahuan
mekanisme kontrol suhu untuk meningkatkan regulasi suhu.
B.
Asal panas pada tubuh manusia
1. Laju metabolism basal (Basal
Metabolisme Rate, BMR)
a
BMR merupakan pemanfaatan energy di dalam tubuh.
b
Besarnya BMR bervariasi sesuai dengan umur
dan jenis kelamin.
c
Faktor yang menyebabkan BMR meningkat diantaranya cidera, demam, dan
infeksi.
d
Meningkatnya BMR menunjukkan tingginya metabolism yang dialami klien.
2. Laju cadangan metabolism yang disebabkan
aktifitas otot. Termasuk kontraksi otot akibat menggigil.
3. Peningkatan produksi tiroksin
a.
Hipotalamus merespon terhadap dingin dengan melepas factor releasing.
b. Faktor ini merangsang tirotropin pada adenohipofise untuk merangsang pengeluaran
tiroksin oleh kelenjar tiroid.
c. Efek tiroksin meningkatkan nilai metabolisme sel di seluruh tubuh dan memproduksi panas.
4. Termogenesis kimia
Perangsangan produksi panas melalui sirkulasi
norepineprin dan epineprin atau melalui perangsangan saraf simpatis. Hormon-hormon
ini segera meningkatkan nilai metabolisme sel di jaringan tubuh. Secara
langsung norepineprin dan epineprin mempengaruhihati dan el-sel otot sehingga
meningkatkan aktifitas otot.
5. Demam
Demam meningkatkan metabolisme tubuh. Reaksi-reaksi
kimia meningkat rata-rata 120% untuk setiap peningkatan suhu 10o.
C.
Sistem pengaturan suhu
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat.
Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti konstan pada 36,8-37,4oC.
Apabila pusat temperature hipotalamus mendekati suhu tubuh yang terlalu panas,
tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme umpan balik ini terjadi
bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh untuk mempertahankan
suhu, yang disebut titik tetap (set point). Tubuh manusia memiliki seperangkat
system yang memungkinkan tubuh menghasilkan, mendistribusikan, dan
mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan konstan. Berdasarkan distribusi suhu di
dalam tubuh, dikanal suhu inti (core
temperature) yaitu suhu yang terdapat
pada jaringan dalam, seperti cranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relative konstan (±37oC).
selain itu ada suhu permukaan (surface
temperature), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan subkutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 40oC. Lokasi
pengukuran temperature tubuh : ketiak (aksila), sub lingual, atau rectal
(dubur). Temperature dubur lebih tingggi 0,3-0,5oC daripada
temperature aksila. Suhu rectal agak konstan bila dibandingkan dengan suhu-suhu
di daerah lain.
D.
Perbedaan Suhu
USIA
|
SUHU
|
3 bulan
6 bulan
1 tahun
3 tahun
5 tahun
7 tahun
9 tahun
11 tahun
13 tahun
Dewasa
>70 tahun
|
37.5
37.7
37.7
37.2
37.0
36.8
36.7
36.7
36.6
36.4
36.0
|
-
Hipotermi : suhu tubuh <36oC.
-
Normal : suhu tubuh antara 36-37.5oC
-
Febris/pireksia : suhu tubuh 37.5-40oC
-
Hipertermi : suhu tubuh >40oC
E.
Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi
Termoregulasi
a. Usia
suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan suhu
lingkungan. Bayi baru lahir mengeluaran lebih dari 30% panas tubuhnya melalui
kepala oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala untuk mencegah
pengeluaran panas.
Regulasi suhu tidak stabil sampai pubertas. Rentang suhu normal turun
secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh lebih sempit daripada dewasa awal. Suhu oral 35 ºC tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun rentang suhu tubuh pada lansia
sekitar 36 ºC. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrem karena
kemunduran mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vasomotor ( kontrol
vasokonstriksi dan vasodilatasi), penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan
aktivitas kelenjr keringat dan penurunan metabolisme.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplai darah dalam pemecahan
karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi
panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya
meningkatkan suhu tubuh. Olahraga berat yang lama, seperti lari jarak jauh,
dapat meningatkan suhu tubuh untuk sementara sampai 41 ºC.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan
fluktuasi suhu tubuh. Kadarprogesteron meningkat dan menurun secara bertahap
selama siklus menstruasi. Bila kadar progesteron rendah, suhu tubuh beberapa
derajat dibawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sampai terjadi
ovulasi. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita menopause. Wanita yang sudah
berhenti mentruasi dapat mengalami periode panas tubuh dan berkeringat banyak,
30 detik sampai 5 menit. Hal tersebut karena kontrol vasomotor yang tidak
stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5 ºC sampai 1 ºC selama periode 24 jam.
Bagaimanapun, suhumerupakan irama stabil pada manusia. Suhu tubuh paling rendah
biasanya antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik,
sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari. Penting
diketahui, pola suhu tidak secara otomatis pada orang yang bekerja pada malam
hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran itu
berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.
Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia.
e. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang
cemas saat masuk rumah sakit atau tempat praktik dokter, suhu tubuhnya dapat
lebih tinggi dari normal.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Saat berada di lingkungan
tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran yang efektif dan
pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering dipengaruhi
oleh suhu lingkungan karena mekaisme suhu mereka kurang efisien.
F.
Efek panas pada manusia
Efek panas terbagi dalam 3 bagian :
1. Fisik.
Panas menyebabkan zat cair, padat, dan gas
mengalami pemuaian ke segala arah.
2. Kimia.
Kecepatan reaksi kimia akan meningkat dengan
kecepatan temperature.Reaksi oksidasi permeabilitas pada jaringan akan terjadi peningkatan metabolisme peningkatan pertukaran zat kimia tubuh
dalam cairan tubuh.
3.
Biologis.
Efek panas terhadap fisik dan kimia peningkatan sel darah putih,
peradangan dan dilatasi pembuluh darah peningkatan
sirkulasi darah dan peningkatan tekanan kapiler dan pH darah menurun.
G.
Perubahan suhu
1. Demam
Terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak
mampu untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas yang
mengakiatkan peningkatan suhu abnormal. Demam biasanya tidak berbahaya jika
<39o C. Demam terjadi akibat perubahan set point hipotalamus.
Pola demam :
a. Terus
menerus : tingginya menetap >24 jam, bervariasi (1- 2)oC.
b. Intermitten :
demam memuncak secara berseling dengan suhu normal.
c. Remitten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
d. Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal,
episode demam dengan normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
2. Kelelahan
akibat panas
Terjadi bila diaphoresis yang banyak menyebabkan
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan. Juga disebabkan olehlingkungan
yang panas.
3. Hipotermia
peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan
ketidakmampuan tubuh untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan
produksi panas. Setiap penyakit atau trauma pada hipotalamus dapat mempengaruhi
mekanisme pengeluaran panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang
lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke,
kedaruratan yang berbahaya panas dengan angka mortalitas yg tinggi. Klien berisiko
termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua, yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotiroidisme, diabetes atau alkoholik. Yang juga termasuk
beresiko adalah orang yang mengkonsumsi obat yang menurunkan kemampuan tubuh
untuk mengeluarkan panas (mis. Fenotiasin, antikolinergik, diuretik, amfetamin,
dan antagonis reseptor beta- adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan
olahraga atau kerja yang berat (mis. Atlet, pekerja kontruksi dan petani).
Tanda dan gejala heatstroke termasuk gamang, konfusi, delirium, sangat haus,
mual, kram otot, gangguan visual, dan bahkan inkotinensia. Tanda yang paling
dari heatstroke adalah kulit yang hangat dan kering.
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangn elektrolit sangat
berat dan malfungsi hipotalamus. Heatstroke dengan suhu lebih besar dari 40,5
ºC mengakibatkan kerusakan jaringan pada sel dari semua organ tubuh. Tanda
vital menyatakan suhu tubuh kadang-kadang setinggi 45 ºC, takikardia dan
hipotensi.
5. hipotermia
pengeluaran
panas akibat paparan terus-menerus terhadap dingin mempengaruhi kemampuan tubuh
untuk memproduksi panas, mengakibatkan hipotermia. Hipotermia diklasifikasikan
melalui pengukuran suhu inti. Hal tersebut dapat terjadi kebetulan atau tidak
sengaja selama prosedur bedah untuk mengurangi kebutuhan metabolik dan
kebutuhan tubuh terhada oksigen.
Hipotermia aksidental biasanya terjadi secara
berangsur dan tidak diketahui selama beberapa jam. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35 ºC, klien menglami gemetar yang tidak terkontrol, hilang ingatan,
depresi, dan tidak mampu menila. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4 ºC,
frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi sianotik.
H.
Mekanisme tubuh ketika terjadi
perubahan suhu
1. Mekanisme ketika suhu tubuh naik
a
Vasodilatasi : disebabkan oleh hambatan dari pusat
simpatis pada hipotalamus posterior (penyebab vasokontriksi) sehingga terjadi
vasodilatasi yang kuat pad kulit, yang memungkinkan percepatan perpindahan
panas dari tubuh ke kulit hingga 8x lipat lebih banyak.
b
Berkeringat : pengeluaran keringat menyebabkan
peningkatan pengeluaran panas melalui evaporasi.
c
Penurunan pembentukan panas : beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti
termogenesis kimia dan menggigil dihambat dengan kuat.
2.
Mekanisme tubuh saat suhu tubuh turun
a
Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh karena rangsangan pada pusat
simpatis hipotalamus posterior.
b
Piloreksi rangsangan simpatis menyebabkan otot erector pili yang melekat
pada folikel rambut berdiri.
c
Peningkatan pembentukan panas system metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis, serta
peningkatan sekresi tiroksin.
I.
Mekanisme kehilangan panas
melalui kulit
1. Radiasi
pemindahan panas dari permukaan suatu objek ke permukaan objek lain tanpa
keduanya bersentuhan. Panas berpindah melalui gelombang elektromagnetik. Aliran
darah dari organ internal inti membawa panas ke kulit dank e pembuluh darah
permukaan.
2. Konduksi
perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak langsung. Terjadi
melalui getaran dan gerakan elektro bebas. Ketika kulit hangat menyentuh objek
yang lebih dingin maka panas hilang. Panas berkonduksi melalui benda padat,
cair, dan gas.
3. Konveksi
perpindahan karena gerakan udara. Aliran konveksidapat terjadi dikarenakanmassa
jenis udara panas sangat ringan dibandingkan dengan massa jenis udara dingin.
Contoh : kipas angin listrik meningkatkan kehilangan panas melalui konveksi.
4. Evaporasi
perpindahan aliran panas ketika cairan berubah
menjadi gas. Evaporasi ini tidak dapat dikendalikan karena evaporasi terjadi
akibat difusi molekul air secara terus menerus melalui kulit dan system
pernafasan.
J.
ASUHAN KEPERAWATAN
1.
Pengkajian
Pengkajian pada pasien yang mengalami demam
a. Identitas diri :
Umur, jenis
kelamin, pekerjaan
b. Status kesehatan :
Keluhan utama : panas
c. Riwayat penyakit sekarang :
1) hipertermi : Pola Demam
a) Terus
menerus : tingginya
menetap >24 jam, bervariasi (1-2)oC.
b) Intermitten
: demam memuncak
secara berseling dengan suhu normal.
c) Remitten
: demam memuncak dan turun
tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
d) Relaps : periode episode demam
diselingi
dengan tingkat suhu normal, episode demam dengan, normotermia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
Mulai timbulnya panas, berapa lama, waktu, upaya untuk mengurangi.
2) Hipotermi : Hipotermia aksidental biasanya terjadi
secara berangsur dan tidak diketahui selama beberapa
jam. Ketika suhu tubuh turun menjadi 35 ºC, klien mengalami gemetar yang tidak terkontrol,
hilang ingatan, depresi, dan tidak mampu menelan. Jika suhu tubuh turun di bawah 34,4
ºC, frekuensi jantung, pernafasan, dan tekanan darah turun. kulit menjadi
sianotik.
d. Riwayat
kesehatan lalu
1) Hipertermi
: sejak kapan timbul demam, sifat
demam, gejala lain yang menyertai demam (misalnya: mual, muntah, nafsu makn,
eliminasi, nyeri otot dan sendi dll), apakah menggigil, gelisah.
2) Hipotermi : tanyakan suhu pasien sebelumnya, sejak kapan timbul
gejala gemetar, hilang ingatan, depresi dan gangguan menelan.
e. Riwayat penyakit keluarga.
(riwayat penyakit yang sama atau penyakit lain yang
pernah diderita oleh anggota keluarga yang lain baik bersifat genetik atau
tidak)
f. Riwayat psikologis.
g. Pemeriksaan fisik :
1) hitung TTV ketika panas terus menerus dan sesuai perintah
(2/4 jam)
2)
inspeksi dan palpasi kulit, ceg turgor (dingin, kering, kemerahan,
hangat, turgor menurun)
3)
tanda-tanda dehidrasi
4)
perubahan tingkah laku : bingung, disorientasi, gelisah, disertai dengan sakit
kepala, nyeri otot, nousea, photopobia, lemah, letih, dll.
2.
Diagnosa
a. Resiko
ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
b. Hipertermia
berhubungan dengan penyakit
c. Hipotermia
berhubungan dengan penuaan
3.
Intervensi
a.
Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh berhubungan dengan hipertermia
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1)
Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2)
Kulit tidak teraba hangat
Intervensi :
1) Evaluasi
lingkungan rumah tentang faktor – faktor yan dapat mengganggu suhu tubuh.
2) Kaji tanda dan gejal hipertermia
3) Anjurkan pasien atau keluarga untuk minum secara
adekuat
4) Instruksikan keluarga unutk
mengenali tanda dan gejala awal hipertermia : kulit kering, sakit kepala,
penignkatan suhu, iritabilitas, suhu diatas 37,8 0C, dan kelemahan.
5) Kolaborasi dalam
pemberian antipiretik sesuai kebutuhan
6) Sesuaikan suhu lingkungan sesuai dengan kebutuhan
pasien.
b.
Hipertermia berhubungan dengan penyakit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam suhu tubuh dalam
rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba
hangat
3) Nadi dan pernafasan
dalam rentang normal yaitu :
Nadi : 60 -100 x/ menit, RR : 16 – 24 x / menit,
sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Pantau hidrasi ( turgor kulit, kelembapan membran
mukosa )
2) Pantau TTV dan warna kulit
3) Ajarkan pasien atau keluarga dala mebgukur suhu
untuk mencegah dan mengenali secara dini hipertermia.
4) Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
antipiretik sesuai dengan kebutuhan.
5) Kompres dengan air dingin atau hangat
6) Anjurkan asupan cairan oral
7) Lepaskan pakaian yang berlebihan
c.
Hipotermia berhubungan dengan penuaan
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama 3 x 24 jam suhu tubuh kembali dalam rentang normal.
Kriteria hasil :
1) Suhu tubuh dalam rentang normal 36,5 – 37,5 0C
2) Kulit tidak teraba dingin
3) Pasien tidak tampak menggigil, pucat dan merinding
4) TTV dalam rentang normal
Nadi : 16 – 24 x / menit, RR : 60 – 100 x / menit,
sistole : 90 – 140 mmHg, diastole : 60 – 90 mmHg.
Intervensi :
1) Kaji gejala hipotermia ( perubahan warna kulit,
menggigil, kelelahan, kelemahan, apatis, dan bicara yang bergumam).
2) Kaji suhu tubuh paling sedikit setiap 2 jam sesuai
kebutuhan.
3) Ajarkan pada pasien, khusunya pasien lansia tentang
tindakan untuk mence
4) gah hipotermia dari pajanan dingin.
5) Kolaborasi dalam teknik menghangatkan suhu basal (
hemodialisa, dialisis peritonial, irigasi kolon ).
6) Berikan pakaian yang hangat, kering, selimut
penghangat, alat – alat pemanas mekanik, suhu ruangan yang disesuaikan, botol
dengan air hangat, minum air hangat sesuai dengan toleransi.
DAFTAR PUSTAKA
Cameron, J.R, dkk. Fisika Tubuh Manusia, EGC. Jakarta,
2006.
Gabriel, J.F. Fisika Kedokteran, EGC. Jakarta, 1996.
Guyton & Hall, Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 9,
EGC. Jakarta, 1997.
M. Wilkinson, judith. 2006. Buku saku
diagnosis keperawatan dengan intervensi NIC dan kriteria hasil NOC. Jakarta
: EGC
Nanda international. 2012. Diagnosis
keperawatan: definisi dan klasifikasi 2012 – 2014. Jakarta : EGC
Potter & Perry, Fundamental Keperawatan, volume 1, EGC. Jakarta, 2005
0 comments:
Post a Comment